Teknik Geovisualisasi Untuk Percepatan Pemetaan Batas Desa Di Daerah Berbukit

Abstract

Pemetaan desa menjadi salah satu fondasi untuk melakukan pembangunan desa. Metode kartometrik menjadi cara yang banyak digunakan untuk menarik batas desa yang didukung dengan berbagai macam data geospasial misalnya Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) dan Digital Elevation Model (DEM). Peta kerja yang digunakan sebagai data utama dalam diskusi para pemangku kepentingan untuk menarik batas desa, semestinya disusun secara optimal untuk mempermudah penarikan garis batas. Umumnya pengenalan batas desa pada daerah perkotaan terbantu dengan penggunaan CSRT, karena objek yang menjadi penanda batas mudah dikenali. Namun demikian, pada daerah berbukit pengenalan batas desa dari CSRT relatif lebih sulit dilakukan, karena minimnya unsur buatan manusia yang umumnya menjadi penanda batas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi peta kerja dengan memanfaatkan kombinasi geovisualisasi 2D, 2,5D, dan 3D untuk penarikan garis batas desa pada daerah berbukit. Geovisualisasi tersebut didukung dengan menggunakan data DEMNAS untuk menghasilkan hillshade yang disajikan dengan teknik multi hillshade. DEMNAS digunakan karena memiliki resolusi spasial yang cukup tinggi (0.27-arcsecond) dan bersifat open access. Data lain yang digunakan adalah CSRT, peta kontur, dan peta jaringan sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penarikan batas desa pada daerah berbukit, diperlukan peta kerja yang mengombinasikan geovisualisasi dari berbagai dimensi. Dalam hal ini visualisasi 2,5D dan 3D dapat membantu pengenalan objek perbukitan seperti punggung dan lembah, sehingga delineasi dapat dilakukan dengan lebih mudah. Informasi tambahan seperti adanya data pilar batas dan ketersediaan sumber daya manusia yang mengerti batas desa akan semakin mempermudah proses penarikan garis batas desa.

Geographic Artificial Intelligence and Unmanned Aerial Vehicles Application for Correlation Analysis of Settlement Density and Land Surface Temperature in Panggang Island Jakarta

“…DTM data can be used to model and analyze surface shapes such as hills, valleys, plains, or rainfall of an area. DTMs are created using remote sensing data, such as aerial photographs or satellite images, which are processed using digital processing techniques (Wibowo et al, 2019). This process involves using algorithms to remove irrelevant objects, such as buildings or vegetation, so that only topographic information is captured (Binta & Sukojo, 2017).…”

Pemetaan Partisipatif Batas Korong Nagari dengan Memanfaatkan Teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV)

“…Penginderaan Jauh (PJ) menjadi salah satu sumber data utama dalam pemetaan tematik. Teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dalam beberapa dekade terakhir telah memainkan peranan penting dalam aktivitas pemetaan pada lingkup yang kecil karena kemampuannya dalam menyediakan resolusi spasial yang tinggi (Junarto & Djurjani, 2020;Wibowo, Ambhika, & Pratama, 2019). Selain itu, keunggulan terkait fleksibilitas dalam pengoperasian dan investasi yang murah mendorong pemanfaatan yang luas.…”

Spatial model of industrial area suitability using spatial multi criteria evaluation: A case study in Kendari City

“…Policymakers can choose from numerous different scenario model results available based on a priority scale. There are seven steps in conducting SMCE according to Wibowo and Semedi (2011). First, determine the focus (goals, aims, objectives).…”

“…The study conducted by Keshkamat (2007) succeeded in presenting alternative areas of choice from an economic, environmental and social point of view to a combination of the three to connect Warsaw (Poland) and Postdam (Germany) using SMCE. Wibowo and Semedi (2011) also succeeded in presenting alternative areas with good access, hydrology, physiographic and comfort by taking into account the inhibiting factors for finding industrial locations in the middle of the urban matrix. The choices made can be applied to strategic analysis in the environment.…”