Silariang : Cinta yang Terhalang

Abstract

Silariang (kawin lari) adalah hal yang sangat memalukan dalam budaya Bugis Makassar sehingga seringkali dibayar dengan nyawa orang yang melakukannya, baik perempuan maupun laki-laki. Silariang merupakan masalah sosial yang rawan konflik dan bentrokan antar keluarga yang kemudian berujung pada kematian. Meskipun Silariang merupakan kesepakatan bersama pacar, namun keluarga perempuanlah yang mengalami penderitaan diri (aib keluarga), sedangkan laki-laki yang dianggap sebagai penyebab aib keluarga perempuan disebut tomannyala.
 Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci sebanyak tiga pasangan suami istri yang pernah menikah dengan cara yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah apa alasan dibalik melakukan silariang dan bagaimana penyelesaiannya.
 Hasil yang didapatkan dari wawancara mendalam terhadap ketiga keluarga yang melakukan silariang adalah alasan perilaku mereka yang bervariasi antara lain, pertama, karena faktor ekonomi dimana pihak laki-laki tidak mampu menyediakan mahar yang dibutuhkan oleh keluarga perempuan dan alasan lainnya adalah karena salah satu pihak harus menikah berdasarkan urutan keluarga perempuan, dan cara yang dapat diterima mereka yang dikenal dengan istilah abaji ', yaitu menikah ulang dengan menyiapkan pannai (mahar) tetapi lebih kecil, dan membayar denda (pappasala) 20 riyal sebagai syarat mutlak.