2023
DOI: 10.13057/biodiv/d240855
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Short Communication: Molecular identification of Colletotrichum gloeosporioides causing anthracnose on shallot in Bantul, Yogyakarta, Indonesia

LUTHFIANA M. SYAFITRI,
ARIF WIBOWO,
ANI WIDIASTUTI
et al.

Abstract: Abstract. Syafitri LM, Wibowo A, Widiastuti A, Subandiyah S, Harper S. 2023. Short Communication: Molecular identification of Colletotrichum gloeosporioides causing anthracnose on shallot in Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Biodiversitas 24: 4530-4534. Anthracnose is one of the most common diseases in shallot cultivation which contributes to cause a significant production loss in Indonesia. Morphological identification of C. gloeosporioides causing anthracnose in Indonesia had been described, however there is no… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
1
0

Year Published

2023
2023
2024
2024

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 19 publications
0
1
0
Order By: Relevance
“…Karakter cendawan yang diisolasi juga memiliki kemiripan dengan temuan hasil penelitian oleh Oo et al (2018) menunjukkan bahwa C. gloeosporioides yang dikulturkan pada medium ADK memiliki bentuk konidium yang sebagian besar berbentuk silindris dengan ujung yang membulat, ukuran kondia berkisar antara 10-15.5 μm × 4-6.2 μm. Secara khas cendawan ini memiliki aservulus dan setae sebagai pembeda dengan spesies Colletotrichum lainnya yang menjadi penyebab gejala bercak pada daun tanaman (Gunawardhana et al 2010) (Syafitri et al 2023). Secara molekuler, temuan pada penelitian ini selaras dengan penelitian menggunakan primer spesifik dalam mengidentifikasi spesies cendawan.…”
Section: Identifikasi Colletotrichum Gloeosporioidesunclassified
“…Karakter cendawan yang diisolasi juga memiliki kemiripan dengan temuan hasil penelitian oleh Oo et al (2018) menunjukkan bahwa C. gloeosporioides yang dikulturkan pada medium ADK memiliki bentuk konidium yang sebagian besar berbentuk silindris dengan ujung yang membulat, ukuran kondia berkisar antara 10-15.5 μm × 4-6.2 μm. Secara khas cendawan ini memiliki aservulus dan setae sebagai pembeda dengan spesies Colletotrichum lainnya yang menjadi penyebab gejala bercak pada daun tanaman (Gunawardhana et al 2010) (Syafitri et al 2023). Secara molekuler, temuan pada penelitian ini selaras dengan penelitian menggunakan primer spesifik dalam mengidentifikasi spesies cendawan.…”
Section: Identifikasi Colletotrichum Gloeosporioidesunclassified
“…By comparing the genomes of different species or individuals within a species, researchers can identify genes that are unique to specific taxa [13,14], which may serve as ideal targets for designing species-specific diagnostic methods. Molecular techniques, including the polymerase chain reaction (PCR) and reverse transcription quantitative PCR (RT-qPCR), are highly sensitive DNA-based methods that have been applied in C. gloeosporioides detection [20,21]. However, conventional PCR-based methods are not suitable for field detection due to the need for bulky and expensive lab equipment and complicated protocols for amplification.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%