Ritual tooth ablation and the Austronesian expansion: Evidence from eastern Indonesia and the Pacific Islands

Abstract

The Journal of Island & Coastal Archaeology (JICA) is aimed at archaeologists and other scientists with interests in the archaeology and historical ecology of islands and other coastal settings. This bi-annual journal publishes original research papers, major review articles, short notes, occasional book reviews, and forums of significance to a broad international audience. We encourage submissions on a variety of innovative and interdisciplinary topics, including broad syntheses of particular islands or coastal regions around the world, major methodological and theoretical advances in the study of island and coastal societies, and the historical ecology and human impacts of island and coastal ecosystems around the world. JICA provides an international forum for scholars from a variety of disciplines who share a common interest in studying islands, archipelagoes, and coastal regions. It is the goal of the journal to publish high quality, peer-reviewed research papers that contribute to a better understanding of the role islands and coastal regions played in the development of human societies over space and time.

Budaya Modifikasi Gigi dalam Konteks Antropologi Forensik di Indonesia

“…Pada rangka mandibula masyarakat prasejarah Lewoleba, Liang Bua, dan Melolo, para peneliti juga menemukan adanya keausan dan kemiringan gigi, yang mengindikasikan adanya kebiasaan menginang. Hal ini sesuai dengan tingginya angka populasi penginang di Nusa Tenggara Timur [27][28][29].…”

“…Ablasi gigi diduga sebagai tradisi yang berakar dari kebudayaan Austronesia pada zaman Neolitikum [2,32]. Budaya kuno ini kerap diasosiasikan dengan studi penghunian dan dispersi manusia sebagai budaya yang ikut dibawa oleh bangsa Austronesia saat bermigrasi ke Asia Tenggara dan Oseania [7,28].…”

“…Perempuan di masyarakat Enggano melakukan ablasi gigi sebagai ritus pernikahan [2]. Berbeda dengan masyarakat yang telah disebutkan di atas, masyarakat Pain Haka di Nusa Tenggara Timur justru menunjukkan bahwa tradisi ini lebih banyak dilakukan oleh lakilaki dibandingkan perempuan [28].…”

“…Berdasarkan tradisi ablasi yang dilakukan oleh kedua masyarakat tersebut, peneliti menyimpulkan adanya kemiripan kebudayaan pada dua masyarakat tersebut. Maka, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa kedua masyarakat tersebut pada dasarnya berasal dari akar yang sama [9,28].…”

“…Gambar 4. Ablasi Gigi pada Rangka Individu 48 di Pain Haka, Nusa Tenggara Timur [28] Dalam penemuan rangka individu tidak dikenal, ablasi gigi adalah salah satu bentuk antemortem tooth loss (AMTL) lainnya, seperti agenesis dan abnormalitas erupsi gigi. Maka, perlu dilakukan pengamatan yang seksama guna mengidentifikasi apakah gigi tanggal itu termasuk ke kategori AMTL yang mana.…”