Latar belakang: Tahun 2018 sebanyak 48,9% remaja putri di Indonesia mengalami anemia, dengan gejala lesu, lelah, letih, lemah dan lunglai. Diagnosis anemia mengacu hasil pemeriksaan Hb, namun di lapangan sering tidak bisa dilakukan dan upaya penanganan mengacu gejala yang muncul. Penyebab langsung anemia mencakup status nutrisi, perilaku makan, kurang zat besi, pola menstruasi, infeksi parasit. Penyebab tidak langsung mencakup pengetahuan, sikap, karakteristik demografis.
Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui determinan gejala anemia pada remaja putri usia 12-18 tahun.
Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif disain potong lintang. Populasi 689 remaja putri usia 12-18 tahun, dengan sampel 419 orang dipilih secara purposif. Pengumpulan data melalui wawancara dan pengukuran anthropometri. Penelitian dilakukan Januari – Februari 2023. Analisis dilakukan secara deskriptif, uji regresi logistik bivariat dan multivariat.
Hasil: Variabel akses jamban sehat, usia remaja, akses informasi Tablet Tambah Darah (TTD), pengetahuan kapan minum TTD dan praktek minum TTD menjadi faktor determinan (p < 0,05) gejala anemia dengan OR < 1. Pengetahuan kapan minum TTD dikontrol praktek minum TTD menjadi determinan gejala anemia (p 0,000 – OR 4,441). Praktek minum TTD dikontrol pengetahuan kapan minum TTD menjadi determinan gejala anemia (p 0,006 – OR 1,969).
Kesimpulan: Variabel akses jamban sehat, usia remaja, akses informasi tentang TTD, pengetahuan kapan minum TTD dan praktek minum TTD menjadi faktor determinan (faktor protektif) gejala anemia pada remaja putri. Variabel pengetahuan kapan minum TTD dan praktek minum TTD secara bersama menjadi determinan (faktor risiko) terjadinya gejala anemia pada remaja putri.