2019
DOI: 10.31559/baes2019.2.2.3
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Revisiting Brown and Levinson's Politeness Theory: A Middle-Eastern Perspective

Abstract: This article attempts to examine the theory of politeness proposed by Brown and Levinson in 1978. It presents its strengths and weaknesses from the point of view of many experienced linguists. Furthermore, the author contributes with her own observations and research results in relation to the theory and its applicability in Middle Eastern, particularly Arabic speaking communities. This article tackles the theory from a Middle Eastern perspective, when so far it has been mainly discussed in Western or Far East… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(5 citation statements)
references
References 11 publications
(18 reference statements)
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Salah satu kaidah yang perlu diperhatikan adalah kesantunan dalam berbahasa. Brown dan Levinson dalam Alabdali (2019) menegaskan bahwa kesantunan dalam bertutur atau berbahasa perlu diperhatikan oleh setiap pembicara agar isi pembicaraan tidak membangkitkan kekecewaan atau kemarahan pihak yang mendengar. Kesantunan menurut Lakoff dalam Syahrul (2008) adalah sistem hubungan interpersonal untuk mempermudah interaksi dengan meminimalisir potensi konflik dan konfrontasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Salah satu kaidah yang perlu diperhatikan adalah kesantunan dalam berbahasa. Brown dan Levinson dalam Alabdali (2019) menegaskan bahwa kesantunan dalam bertutur atau berbahasa perlu diperhatikan oleh setiap pembicara agar isi pembicaraan tidak membangkitkan kekecewaan atau kemarahan pihak yang mendengar. Kesantunan menurut Lakoff dalam Syahrul (2008) adalah sistem hubungan interpersonal untuk mempermudah interaksi dengan meminimalisir potensi konflik dan konfrontasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Seluhur apapun maksud dan pesan yang mau disampaikan oleh seseorang jika tidak menggunakan bahasa secara tepat dan santun sebagai medianya, hasilnya akan melenceng dari tujuannya (berlawanan dengan apa yang diharapkan). Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Brown dan Levinson dalam Alabdali (2019), bahwa kesantunan dalam berbahasa perlu diperhatikan oleh setiap pembicara agar isi pembicaraan tidak membangkitkan kekecewaan atau kemarahan pihak yang mendengar. Kekerasan verbal yang dilakukan dalam mimbar pewartaan oleh otoritas Gereja khususnya dalam bentuk mengumbar kemarahan dengan bahasa yang tidak santun atau menjadikan umat secara individual maupun kelompok sebagai contoh dengan maksud mengorbitkan kesalahannya, entah dalam ruang homili maupun dalam ruang pengumuman, menjadi wujud nyata rendahnya ketrampilan otoritas Gereja untuk menguasai dan mengimplementasikan seni berbahasa yang sesungguhnya (sesuai dengan ruang dan waktu).…”
Section: Model-model Kekerasan Verbal Yang Dilakukan Oleh Otoritas Ge...unclassified
“…Salah satu kaidah dalam berbahasa yang harus dipahami dengan baik oleh setiap orang adalah kesantunan berbahasa dan penggunaan bahasa sesuai dengan konteks. Brown dan Levinson dalam Alabdali (2019) menegaskan bahwa setiap pembicara harus memperhatikan aspek kesantuan berbahasa agar isi pembicaraan tidak membangkitkan kekecewaan atau kemarahan pihak yang mendengar atau yang menerimanya. Lakoff dalam Syahrul (2008) mendeskripsikan bahwa kesantunan adalah sistem hubungan interpersonal untuk mempermudah interaksi dengan meminimalisir potensi konflik dan konfrontasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Habib Rizieq melakukan dua hal yang secara kaidah berbahasa merupakan sebuah pelanggaran; pertama, menggunakan pilihan kata yang bertentangan dengan kesantunan berbahasa dan tidak sesuai dengan konteks. Kedua, Habib Rizieq menggunakan ruang publik keagamaan untuk memprovokasi penganut agama islam dan meneror penganut agama yang bukan islam (Brown dan Levinson dalam Alabdali, 2019). Apa yang dilakukan oleh Habib Rizieq merupakan sebuah kekerasan verbal, kekerasan struktural dan kekerasan simbolik (Galtung, 1971).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pada penelitian ini, dibahas juga strategi bertutur karena penggunaannya bertujuan untuk mengurangi kekecewaan lawan tutur atas tindakan yang dilakukan oleh penutur. Strategi bertutur dalam penelitian ini mengacu pada pandapat Brown dan Levinson, yaitu (1) bertutur terus terang tanpa basa-basi, (2) bertutur dengan kesantunan positif, (3) bertutur dengan kesantunan negatif, (4) bertutur samar-samar, dan (5) bertutur dalam hati atau diam (Brown dan Levinson dalam Alabdali, 2019;Karimkhanlooei & Vaezi, 2017). Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi disebut bertutur langsung sehingga sangat berpotensi mengancam muka (Blum-Kulka, 1987).…”
Section: Pembahasanunclassified