Representasi Semangat Berbagi Ekofeminisme Melalui Batik Tulis

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi upaya yang dilakukan perempuan pembuat batik tulis dengan pewarna alami sebagai wujud peduli lingkungan. Penelitian kualitatif dengan metode eksploratif ini dilakukan di kampung batik Laweyan dan Kauman Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan batik cap dan printing menyebabkan keberlangsungan batik tulis terpinggirkan. Pengusaha batik banyak yang beralih dan hanya sedikit yang bertahan dengan produksi batik tulis. Kesempatan untuk bekerja dan menyalurkan keterampilan bagi buruh pembatik perempuan berkurang. Produksi batik cap dan printing yang menggunakan pewarna buatan, berdampak buruk pada lingkungan dengan potensi limbahnya adalah bentuk ketidakadilan karena mencemari lingkungan dan meminggirkan perempuan. Representasi semangat berbagi ekofeminisme melalui kreasi batik tulis dengan pewarna alami sebagai upaya perempuan untuk bekerja dan berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Gerakan social ini wujud kepedulian perempuan terhadap kelangsungan lingkungan hidup, menyampaikan nilai pengendalian diri dan nafsu menguasai di tengah industrialisasi, serta wujud nyata pembangunan berkelanjutan dan bisnis beretika.

Locality, Equality, and Piety: Pesantren Ecofeminism Movement in Indonesia

“…In the context of Indonesia, the study of ecofeminism is quite developed and has multiple perspectives. Some of them are migrant workers (Prusinski 2013;Ramdhon 2014;Sukesi 2014); women batik makers (Demartoto 2014;Handayani and Kristijanto 2014;Soetjipto, Kristijanto, and Hunga 2013); and environmental management through local wisdom (Astuti 2012;Wulan 2007). Some academics have also succeeded in discussing the ethics of ecofeminism in the Islamic study space (Fahrurrazi 2018;Nurani 2017;Qori'ah 2018;Sururi 2014), although they have not yet reached the level of movement practice.…”