Abstrak: Dewasa ini, ada semacam kegairahan baru dalam gaya hidup Islami hampir di semua aspek kehidupan. Ekspresi keislaman yang memenuhi ruang-ruang publik yang kemudian sebagai wadah bagi kelahiran ceruk pasar baru yang disebut sebagai kelas menengah Muslim. Dampaknya, pasar Muslim tumbuh ke skala yang cukup signifikan dan menjadi salah satu kolam pasar dengan pertumbuhan yang begitu cepat di dunia dan menghasilkan peningkatan daya beli yang cukup tinggi. Tulisan ini bertujuan menganalisis apakah terjadi komodifikasi simbol-simbol agama seiring dengan menggeliatnya pasar kelas menengah Muslim di Nusantara. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Selain itu, penelitian juga ini menggunakan teknik penulisan induktif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa fenomena munculnya kelas menengah Muslim adalah angin segar bagi tumbuhnya budaya religiusitas di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi jika dikaji lebih dalam, disadari atau tidak fenomena tersebut telah menjadikan agama sebagai komoditi. Imbasnya, terjadi pergeseran makna keislaman yang bukan hanya diartikan sebagai ritual semata namun juga membentuk gaya hidup dalam kerangka formalitas simbolik agama. Sehingga kedepannya para pelaku bisnis diharapkan dapat menghadirkan produk yang tidak hanya menjual label halal atau label syariah, namun juga bagaimana produk tersebut memberikan makna spiritual secara substantif bagi konsumen.
Kata Kunci: Komodifikasi, Simbol Agama, Kelas Menengah Muslim, Identitas Islam
Abstract: Today, there is a new kind of excitement in the Islamic lifestyle in almost all aspects of life. The expression of Islam filled the public spaces that later served as a forum for the birth of a new market niche called the Muslim middle class. As a result, the Muslim market grew significantly and became one of the fastest-growing market pools globally, resulting in a significant increase in purchasing power. This paper aims to analyze whether religion is commodified and the growing Muslim middle-class market in the archipelago. This article uses qualitative research methods. In addition, this research also uses inductive writing techniques. The approach used is phenomenological. Data analysis techniques used are condensation, presentation, and concluding. The study results show that the emergence of the Muslim middle class is a breath of fresh air for the growth of a culture of religiosity in society. However, if we examine it more deeply, whether we realize it or not, this phenomenon has made religion a commodity. As a result, there is a shift in the meaning of Islam, which is interpreted as a ritual and forms a lifestyle within the framework of religious symbolic formalities. So that in the future business people are expected to be able to present products that not only sell halal labels or sharia labels, but also how these products provide substantive spiritual meaning for consumers.
Keywords: Commodification, Religious Symbols, Muslim Middle Class, Islamic Identity