Quo Vadis Lembaga Pendidikan Dayah Pasca Kemerdekaan Dan Pasca Reformasi

Abstract

Lembaga pendidikan Islam Dayah merupakan tradisi belajar mengajar Islam yang telah ada sejak masuk dan berkembangnya Islam ke Nusantara pada abad ke-8 Masehi. Perkembangan institusi Dayah sejak kemunculannya mengalami pasang surut dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberikan interpretasi atas perubahan institusi pendidikan Islam Dayah pasca kemerdekaan Indonesia yang menjadi momentum kebangkitannya pasca penjajahan dan perkembangannya pasca reformasi, khususnya sejak ditetapkannya Undang-Undang Pemerintahan Aceh No.11 Tahun 2006. Penelitian ini dilakukan secara sengaja di Dayah di Aceh. Untuk menggali data terkait, penelitian ini melakukan wawancara terhadap sejumlah informan yang terdiri dari Praktisi Dinas Pendidikan, Abu, Teungku dan pengurus Dayah di Aceh. Untuk mendukung data terkait, penelitian ini juga menggunakan observasi dan studi dokumenter tentang Dayah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Dayah pasca kemerdekaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh jaringan Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan yang dikembangkan oleh Abuya Syeikh Muhammad Wali Al-Khalidy. Sementara itu, perkembangan Dayah pasca reformasi mulai bergeser pengelolaannya dari pola berbasis masyarakat menjadi berbasis pemerintahan dengan melibatkan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah berupa pengawasan, pengawasan mutu dan penguatan kapasitas manajerial sebagai wujud implementasi Undang-Undang Pemerintahan Aceh Nomor 11 Tahun 2006.

Dayah Is an Islamic Educational Institution for the Acehnese Community

“…During the independence period or several years before Indonesian independence,dayah got up again, on his feetDayah Darussalam Labuhan Haji (Maskuri et al, 2020). This Dayah was led by Sheikh Muda Wali al-Khalidi in 1940 (Shadiqin et al, 2020).…”

“…Meanwhile, developments post-reformation began to shift management from a community model to a government model by attracting the participation of the Aceh government through the Dayah Education Service in the form of supervision, quality control, and increasing management capacity. In contrast to the author's articles, the research only focuses on changes in the Dayah institution after Indonesian independence and its development after reform (Maskuri et al, 2020).…”

Traditional Dayah Education in Aceh in the Perspective of Perennialist Philosophy

“…So the aim of Islamic boarding school (dayah) education is: to produce Muslim individuals who become supporters of the teachings of God as a whole. Referring to the Al-Quran and hadis, the primary basis of the aim of Islamic boarding school (dayah) education is to be directed to religious experts and scholars who master spiritual knowledge and practice it diligently to serve and serve themselves fully to God (Maskuri et al, 2020).…”

Integration of Religious Character Education Values of Santri at Dayah (Pesantren)

“…Subsequently, after the reform era, the management of Dayah changed, shifting from a community-based model to a more governmentrelated one. This involved the Aceh Government through the Dayah Education Office, which oversees, monitors quality, and enhances managerial capabilities following Aceh Government Law Number 11 of 2006 (Maskuri, Riza, et al, 2020).…”