Psychiatric and Psychosocial Factors of Suicide Decedents and Survivor of Suicide Loss: Psychological Autopsy Study of Incheon City in South Korea

Abstract

In South Korea, the suicide rate is more than double the OECD average, and precise identification of the cause is required for suicide prevention. Psychological autopsy is used to reveal factors related to suicidal behavior; however, such studies are lacking in Korea. This study investigated the factors related to suicide using psychological autopsies in Incheon, a major city in Korea. In total, 46 cases were investigated using the Korea-Psychological Autopsy Checklist (K-PAC), and data on mental health conditions and psychosocial factors of suicide decedents and their families were analyzed. It was estimated that 87% of individuals of suicides had a mental health condition before death, but only 15.2% continued treatment or counseling. Most individuals who died of suicide showed warning signs before death, but only 19.6% of survivors of suicide loss noticed them. Mental health concerns before and after the death of the individual were also identified in more than half of their families. To prevent suicide, intensive and continuous treatment for psychiatric conditions and prompt recognition of active response to suicide warning signs are required. Care for the mental health of family members is also important.

Identification of Psychological Factors That Cause And How to Handle Suicide in South Korea Based on Psychological Autopsi

“…Korea mempelajari cara penanganan dari Firlandia yang terbukti dapat menganalisis dengan cermat akar penyebab kematian bunuh diri nasional dan regional. Di Finlandia, berbagai saran kebijakan dan layanan untuk mengurangi kematian akibat bunuh diri telah dikembangkan dengan menggunakan hasil autopsi psikologis, Hakanaen dalam (Bae et al, 2022a). Karena bunuh diri dianggap dapat dicegah, pemerintah mencari metode yang paling efektif yaitu melakukan autopsi psikologis Keith dan Kees dalam (Bae et al, 2022a).…”

“…Di Finlandia, berbagai saran kebijakan dan layanan untuk mengurangi kematian akibat bunuh diri telah dikembangkan dengan menggunakan hasil autopsi psikologis, Hakanaen dalam (Bae et al, 2022a). Karena bunuh diri dianggap dapat dicegah, pemerintah mencari metode yang paling efektif yaitu melakukan autopsi psikologis Keith dan Kees dalam (Bae et al, 2022a). Autopsi psikologis adalah prosedur untuk memperkirakan penyebab bunuh diri dengan memeriksa perilaku psikologis dan perubahan orang yang meninggal bunuh diri selama periode tertentu sebelum kematian melalui pernyataan orang yang mengenal individu dan catatan yang terkait dengannya (Shneidman, 2004).…”

“…Studi autopsi psikologis di Korea sebelumnya telah melaporkan bahwa masalah kesehatan mental, termasuk gangguan kejiwaan, sangat terkait dengan bunuh diri, dalam (Brent et al, 1994). Cavanagh dalam (Bae et al, 2022a) melaporkan dalam studi autopsi psikologis kematian bunuh diri bahwa sekitar 60% orang meninggal karena bunuh diri mengalami depresi berat atau gangguan mood lainnya.…”

“…Artikel ini berfokus pada kasus penyebab bunuh diri yang dianalisis berdasarkan hasil autopsi psikologis. Menggunakan pendekatan studi literature dari beberapa database seperti Google Scholar, Pubmed dan menggunakan kata kunci "bunuh diri" + "Korea" + "autopsi psikologis " artikel yang digunakan yaitu artikel yang tersedia dalam bentuk full text, memiliki kesesuaian isi dan tujuan dari studi yang dilakukan, peneliti membatasi tahun artikel 5 tahun terakhir dan dengan melakukan sintesis (Hasna Nafila Febianti, Yusti Probowati, & Mary Berdasarkan karakteristik demografi tabel diatas orang yang meninggal karena bunuh diri yang dilakukan oleh (Bae et al, 2022a) dengan total jumlah 33 (71%) adalah laki laki, Usia yang paling umum berusia 35-49 tahun (17 orang, 37%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan (Yook et al, 2022) orang yang berjenis kelamin pria sebanyak 2167 (69%) dan berusia paling banyak pada usia 65 tahun dengan total sebanyak 967 (31%) orang, Hasibuan L, 2022 melaporkan bahwa Gallup dan surat kabar lokal Seoul Shinmun terdapat 1.008 orang dewasa di Korea Selatan mengatakan mereka merasa kesepian karena pada usia mereka anak mereka sudah berkeluarga, rentan mengalami sakit, kesepian karena pasangan dan anaknya bekerja dan ada juga yang ditinggal pasangan meninggal.…”

Risk and Protective Factors in Ecuadorian Adolescent Survivors of Suicide

“…Studies have reported that suicide survivors have more risk factors for their emotional health, and are more vulnerable to emotional distress and psychopathology such as depression, post-traumatic stress disorder, complicated grief, and even suicidal ideation and behavior [ 15 , 16 ]. In research where psychological autopsies and interviews with survivors have been conducted, mental-health problems have been identified before and after the death of the individual in more than half of their families, as well as many cases of attempted and completed suicide among survivors, which may be associated with genetic factors, stressors, and shared environments, with the conclusion that survivors are at high risk for suicide [ 17 , 18 ].…”