Whether or not it is permissible to divorce in marriage is still being debated among interpreters when reading the Gospel of Matthew 19:9, and in general Christians see the text as legitimacy for divorce, especially in the phrase "μὴ ἐπὶ πορνείᾳ" which is for reasons of adultery. The author actually sees that there is an error in understanding the text and in fact there is no opportunity given by Jesus for divorce. The method used in this research is grammatical criticism. As a result, Matthew 19:9 especially in the phrase "μὴ ἐπὶ πορνείᾳ" is actually not like adultery which is generally understood in society. This word means unnatural sexual crimes, fornication, prostitution, and is equated with idol worship. Therefore, divorce is only done by people who do not fear God. Characteristic of an attitude that imitates Christ who loves and forgives. So Jesus remained consistent against divorce among believers.
Abstrak: Boleh atau tidaknya bercerai dalam pernikahan masih menjadi perdebatan di kalangan para penafsir ketika membaca Injil Matius 19:9, dan pada umumnya orang Kristen melihat teks itu sebagai legitimasi untuk bercerai khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” yaitu karena alasan perzinahan. Penulis justru melihat ada kesalahan dalam memahami teks tersebut dan sesungguhnya tidak ada kesempatan yang diberikan Yesus untuk bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik tata bahasa. Hasilnya, Matius 19:9 khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” sesungguhnya tidak seperti zinah yang dipahami pada umumnya dalam masyarakat. Kata tersebut berarti kejahata seksual yang tidak wajar, percabulan, persundalan, dan disetarakan dengan penyembahan berhala karena itu perceraian hanya diperbuat oleh orang-orang yang tidak takut akan Allah. Selain itu perceraian tidak mengambarkan ciri sikap yang meneladanai Kristus yang mengasih dan mengampuni. Jadi Yesus tetap konsisten menetang perceraian di kalangan orang percaya.