2020
DOI: 10.21107/agrovigor.v13i1.6249
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Preferensi Serangan Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Terhadap Tanaman Padi

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
4
1

Citation Types

0
4
0
17

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 15 publications
(21 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
17
Order By: Relevance
“…Tingginya kerusakan dan kehilangan hasil panen akibat serangan tikus tidak terlepas dari tingginya populasi tikus yang ada di sekitar pertanaman padi (Siregar et al, 2020). Tikus merupakan hewan yang memiliki kemampuan reproduksi tinggi karena dapat melahirkan sepanjang tahun dengan jumlah anak yang banyak (2 -18 ekor/kelahiran), kamatangan seksual yang cepat (28 hari tikus betina dan 60 hari tikus jantan), masa bunting yang berlangsung singkat (21 -23 hari), dan dapat birahi kembali 2 hari setelah melahirkan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Tingginya kerusakan dan kehilangan hasil panen akibat serangan tikus tidak terlepas dari tingginya populasi tikus yang ada di sekitar pertanaman padi (Siregar et al, 2020). Tikus merupakan hewan yang memiliki kemampuan reproduksi tinggi karena dapat melahirkan sepanjang tahun dengan jumlah anak yang banyak (2 -18 ekor/kelahiran), kamatangan seksual yang cepat (28 hari tikus betina dan 60 hari tikus jantan), masa bunting yang berlangsung singkat (21 -23 hari), dan dapat birahi kembali 2 hari setelah melahirkan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Perlakuan yang diuji meliputi 3 (tiga) fase pertumbuhan tanaman, yakni (a) fase vegetatif (dimulai saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (hst) sampai anakan maksimum), (b) fase awal generatif (primordial sampai pembungaan), dan (c) fase akhir generatif (matang susu sampai panen). LTBS dipasang selama 25 hari pada setiap fase pertumbuhan tanaman kemudian dipindahkan sejauh ± 200 m untuk pemasangan pada fase pertumbuhan tanaman berikutnya (Siregar et al, 2020).…”
Section: Bahan Dan Metodeunclassified
“…Upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 maka dibentuklah suatu kawasan pelestarian alam, salah satunya adalah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang berada di ujung barat Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten [2]. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki ekosistem yang beragam berupa ekosistem daratan, ekosistem perairan laut dan ekosistem rawa [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penelitian yang mengkaji mamalia kecil di Indonesia masih sangat minim, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat maupun peneliti terhadap hewan ini, kebanyakan masyarakat memandang mamalia kecil, sebagai hewan perusak dan hama bagi hasil pertanian [5], serta hewan pembawa penyakit-penyakit zoonosis [6]. Padahal mamalia kecil memiliki kontribusi dalam keberlangsungan proses-proses ekologis seperti agen penyerbuk tanaman, pemencar biji dan pengendali populasi hama yaitu serangga yang menyerang tanaman pertanian serta mangsa bagi hewan karnivora seperti burung dan ular [7].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tikus sawah mampu merusak padi pada berbagai fase tanaman padi dari persemaian, generatif, maupun penyimpanan (Istiaji et al, 2020). Berbagai macam teknik pengendalian tikus sawah seperti penggunaan sistem mina padi, pestisida kimia, pemerangkapan, gropyokan, pelepasan predator alami, bahkan pemasangan pagar listrik (Rahman, 2018;Siregar et al, 2020). Namun demikian, pengendalian hama tikus sawah ini memerlukan teknik pengendalian yang berbeda-beda sesuai dengan situasi di lapangan.…”
Section: Pendahuluanunclassified