2019
DOI: 10.22435/mpk.v29i3.654
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Prediktor Sindrom Metabolik : Studi Kohor Prospektif Selama Enam Tahun di Bogor, Indonesia

Abstract: The prevalence of metabolic syndrome (MS) in the world is between 20-25%, whereas in Indonesia 23.34%, is higher in men (26.2%) than in women (21.4%). SM is predicted to cause a two-fold increase in the risk of heart disease and five-fold in type 2 diabetes mellitus. There are no data on MS incidents in Indonesia. The aim of this study was to determine MS predictor and hazard rate from predictor factors during the six-years follow up in Bogor city. This study is a sub sample of data “Cohort Study of Non… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
3
0
5

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
9

Relationship

0
9

Authors

Journals

citations
Cited by 17 publications
(16 citation statements)
references
References 11 publications
0
3
0
5
Order By: Relevance
“…Penderita sindroma metabolik (SM) mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Di Indonesia, angka kejadian penyakit yang berhubungan dengan SM seperti obesitas mencapai 21,8% (RISKESDAS, 2018;Srilaning et al, 2019). SM dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung koroner dan hipertensi (Soleha & Bimandama, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penderita sindroma metabolik (SM) mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Di Indonesia, angka kejadian penyakit yang berhubungan dengan SM seperti obesitas mencapai 21,8% (RISKESDAS, 2018;Srilaning et al, 2019). SM dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung koroner dan hipertensi (Soleha & Bimandama, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Berdasarkan hasil studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular Kota Bogor tahun 2012-2017 sebanyak 36,1% responden dewasa tergolong dalam status gizi normal, sedangkan 18,7% tergolong gemuk dan 36,9% tergolong obesitas. Namun demikian, responden yang memiliki level LDL kolesterol tinggi ada sebanyak 78,7% (Rustika et al, 2019). Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan penggunaan IMT dalam menilai kejadian kegemukan dan obesitas karena tidak dapat menilai adipositas.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sebaran status gizi menunjukkan bahwa 50.9% subjek memiliki status gizi normal, namun demikian jumlah subjek dengan persentase lemak tubuh tinggi mencapai 64%. Persentase subjek dengan status gizi normal pada kegiatan ini lebih tinggi dari penelitian kohor di Kota Bogor (Rustika et al, 2019). Hal ini karena usia subjek yang juga memasukkan usia remaja dan dewasa awal.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Berdasarkan data dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) bahwa prevalensi sindrom metabolik adalah sebesar 13,13% 7 . Sebuah studi yang dilakukan oleh National Cholesterol Education Program for Adults-Treatment Panel III (NCEP-ATP III) menunjukkan bahwa prevalensi sindrom metabolik dua kali lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, yaitu 9,1% berbanding 3,7% 8 . Menurut data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada laki-laki maupun perempuan usia >18 tahun mengalami kenaikan dari data Riskesdas di tahun 2010 dan 2007 9 .…”
unclassified