Praktik Pemberian Makan Pada Anak Stunting Usia Bawah Dua Tahun Di Kelurahan Cimahi

Abstract

Hasil pemantauan status gizi tingkat kelurahan di kota Cimahi tahun 2018 pada balita menggunakan indikator panjang badan menurut umur (PB/U) atau dengan tinggi badan menurut umur (TB/U) bahwa prevalensi data yang diperoleh dari puskesmas Cimahi Tengah terdapat 53 anak atau sebanyak 7,28% anak baduta mengalami stunting. Salah satu faktor yang mempengaruhi stunting yaitu praktik pemberian makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai praktik pemberian makan pada Anak stunting Usia Bawah Dua Tahun di Kelurahan Cimahi. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan desain Cross-Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yang ditentukan berdasarkan tujuan dan ciri-ciri tertentu yakni ibu yang memiliki anak usia bawah dua tahun yang mengalami stunting di Kelurahan Cimahi yang berjumlah 53 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yakni lebih dari setengah responden (74,0%) melakukan Pemberian MP-ASI yang berkelanjutan, sikap ibu dalam praktik pemberian makan pada anak dinilai baik (73,0%) serta sebagian besar responden (80,0%) melakukan adaptasi anak terhadap makanan keluarga.

The Relationship Between Diverse Food Consumption and Stunting in Infants Aged 6-24 Months in Indonesia

“…The next aspect regarding the mother's attitude to feeding practices is the adjustment of feeding methods to the child's psychomotor abilities, responsive feeding, and the creation of a good feeding situation. The last aspect concerns the adaptation of children to family food (Khaerunnisa et al, 2019). Based on research conducted by Bela et al (2020) stated that mothers with poor feeding habits in their Vol 5…”

Gambaran Pengetahuan Ibu dan Praktik Pemberian Makan Pada Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Malnutrisi di Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan Tahun 2022

“…Praktik dari segi cara pemberian yang termasuk didalamnya adalah frekwensi pemberian makan mendapatkan persentase praktik baik paling tinggi, dan hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Khaerunnisa dkk. yang menemukan frekuensi pemberian makan memiliki hasil rendah 12 . Demikian juga hasil praktik dengan kategori kurang paling tinggi dalam penelitian ini adalah indikator penyajian sejalan denagan penelitian Khaerunnisa dkk.…”

“…Demikian juga hasil praktik dengan kategori kurang paling tinggi dalam penelitian ini adalah indikator penyajian sejalan denagan penelitian Khaerunnisa dkk. 12 menemukan persentase terendah praktik pemberian MP-ASI adalah mengenai porsi MP-ASI yang sesuai, dimana porsi MP-ASI termasuk dalam indikator penyajian. Kategori penyajian memiliki persentase praktik kurang paling tinggi dikarenakan kurangnya kreatifitas Ibu dalam memvariasikan makanan anak, kurang tepat dalam menyajikan tekstur makanan maupun porsi makanan yang sesuai dengan umur anak.…”

“…This research is a descriptive research with cross-sectional approach. The population of this study were all mother who had children aged [12][13][14][15][16][17][18][19][20][21][22][23][24] months in Selemadeg District. The sampling technique is total sampling with total sampel 63 responden.…”

Pendekatan Fenomenologi tentang Pola Asuh Ibu Balita Stunting

“…Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khusna (2017) subyek menilai bahwa bahan makanan yang disajikan kurang bervariasi dikarenakan bahan makanan yang diolah pada menu hari sebelumnya sama hanya berbeda pengolahan saja. Selain itu anak juga harus dibiasakan makan bersama keluarga sedari dini agar anak dapat beradaptasi terhadap makanan keluarga dengan baik, yakni anak dapat mengenal makanan sehari-hari dan memahami pola makan yang dilakukan oleh orang dewasa (Khaerunnisa, et al, 2019).…”