Potensi Sastra Pariwisata Di Telaga Sarangan

Abstract

Sastra merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan pariwisata. Mengolaborasikan dua disiplin ilmu yaitu sastra dan pariwisata merupakan upaya untuk mengoptimalisasi budya sekaligus mengoptimalisasi potensi wahana wisata yang dikaitkan dengan kesusastraanya. Telaga Sarangan merupakan salah satu tempat wisata yang potensial dan ikonik di wilayah Jawa Timur, sayangnya potensi sastra di wisata ini belum digali secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi sastra pariwisata di Telaga Sarangan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Metode penelitianya menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mereduksi alur pikir studi sastra pariwisata dari Yosep Yapi Taum. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Telaga Sarangan yang diperoleh melalui transkripsi wawancara sesepuh sekaligus budayawan di Sarangan, dan juga hasil observasi terhadap kondisi fisik Telaga Sarangan. Hasil penelitian ini adalah optimalisasi potensi pengembangan wahana wisata Telaga Sarangan berdasarkan potensi sastra yang telah mengakar di dalamnya. Optimalisasi tersebut dapat ditinjau dari segi lokasi, kuliner, dan wahana wisata lain yang dapat dijadikan rujukan pengembangan berdasarkan cerita rakyat Telaga Sarangan.

Event Sastra Festival Temu Penyair Asia Tenggara II di Padang Panjang sebagai Potensi Pariwisata

“…Kegiatan ini pun dirasa menarik menurut Gambar 9 yang mengungkapkan bahwa kegiatan atau event sastra mampu menjadi jembatan yang baik agar suatu tempat menjadi tempat wisata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Putra bahwa kegiatan sastra tidak dapat dipisahkan dari wisata atau pariwisata suatu tempat (Putra, 2019). Kegiatan sastra memiliki peran penting dalam memperkenalkan atau mempromosikan suatu tempat kepada masyarakat untuk menjadikannya suatu tempat pariwisata.…”

“…Kemudian, untuk memperluas tinjauan pustaka terkait dengan aspek sastra dan pariwisata, beberapa penelitian terlaksana untuk mengembangkan potensi pariwisata yang pernah dilakukan oleh Agusman et al (2022); Murdowo (2022); Putra (2019); Ris et al (2020); Saputra & Rustiati (2021). Kelima tulisan tersebut memiliki pandangan yang berbeda dalam menjabarkan sastra pariwisata, tetapi menggunakan metode yang sama, deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan sastra pariwisata.…”

“…Lalu, Ris menggunakan tarik pasar terapung dan upaya menjaga eksistensi pasar terapung untuk tetap eksis di tengah modernisasi dalam cerpen Galuh Pasar Terapung, puisi Kidung Pasar Terapung, puisi Cahaya Borneo, puisi Pasar Terapung, dan puisi Pasar Terapung (Ris et al, 2020). Penelitian Saputra dan Rustiati pun membahas cerita Telaga Sarangan sebagai potensi sebagai tempat pariwisata yang dilakukan dengan optimalisasi lokasi, kuliner, dan wahana wisata (Saputra & Rustiati, 2021). Lebih jauh, penelitian terkait dengan sastra dan pariwisata dilakukan oleh Putra.…”

“…Lebih jauh, penelitian terkait dengan sastra dan pariwisata dilakukan oleh Putra. Namun, penelitian ini hanya menekankan basis teoretis sehingga adanya kajian dan kontribusi pariwisata dalam kesatuan bentuk literary tourism (sastra pariwisata) dan dapat dijadikan kajian baru yang dapat dirumuskan (Putra, 2019).…”

Revealing the historical side of the Yogyakarta Wotgaleh Tomb: Mataram Prince Jaka Umbaran

“…According to Utami & Kasmiatun (2021), the progress of Indonesian tourism is influenced by several things, one of which is the contribution of literature, meaning that literature here is a spoken story that is included in the type of oral literature, where a spoken story is a story that develops orally about a particular place. Literature and tourism have a mutually beneficial relationship, as stated by Putra (2019), that the contribution of literature in advancing tourism directly or indirectly has been happening for a long time. They will become real in the last decade and a half.…”