Keanekaragaman flora dan fauna endemik serta kearifan lokal masyarakat Kepulauan Sangihe dalam pemanfaatan tanaman untuk pengobatan, khususnya sebagai antiinflamasi dapat dijadikan dasar penemuan dan pengembangan obat baru. Akan tetapi, untuk menyediakan bukti ilmiah, perlu dilakukan uji farmakologi untuk mengetahui mekanisme kerjanya. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antiinflamasi tanaman yang digunakan oleh masyarakat Kepulauan Sangihe dengan metode stabilisasi membran eritrosit. Metode penelitian yang digunakan adalah survei eksploratif dan eksperimen. Penelitian dilakukan di wilayah Kepulauan Sangihe. Informan pada penelitian ini adalah pengobat tradisional atau sesepuh masyarakat yang menggunakan tanaman sebagai antiinflamasi. Data yang diperoleh adalah persentasi aktivitas stabilisasi membran dianalisis menggunakan regresi linear untuk menentukan nilai IC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sembilan tanaman obat yang dimanfaatkan secara tradisional sebagai antiinflamasi oleh masyarakat Kepulauan Sangihe. Tanaman tersebut adalah daun Limpa Dalreng, kulit batang Nonang, daun Bunalre, daun Duku Bunalre, duri Pasa, daun Bakeng, herba Malrunto dan herba Dumarela memperlihatkan aktivitas antiinflamasi yang diduga melalui mekanisme stabilisasi membran eritrosit dari hemolisis yang diinduksi panas, sedangkan kulit batang Pempararaeng bukan melalui melalui mekanisme tersebut.
Kata kunci : Tanaman dengan aktivitas antiinflamasi, Kepulauan Sangihe, stabilisasi membran eritrosit