Fenomena anak jalanan di Kota Bandung menjadi persoalan sosial yang perlu diperhatikan dan segera mendapat penanganan, terutama mengenai hak anak jalanan dalam mendapatkan pendidikan yang belum dapat terpenuhi, umumnya karena keadaan ekonomi keluarganya yang kurang mampu. Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, dimana dalam pelaksanaannya organisasi kemasyarakatan turut membantu mensukseskan program pemerintah tersebut. Dalam hal ini Yayasan Saudara Sejiwa dengan program pendidikan kesetaraan kejar paket melalui program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) turut membantu pemerintah dalam menjalankan program tersebut yang menargetkan anak jalanan yang tidak mampu. Namun dalam pelaksanaan PKBM mengalami hambatan-hambatan seperti anggaran dan kurangnya motivasi dari warga belajar, sehingga perlu penerapan pola komunikasi yang sesuai agar program dapat terlaksana. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara pada pengurus PKBM Yayasan Saudara Sejiwa dan beberapa anak jalanan untuk triangulasi dari data yang telah diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan kegiatan PKBM pola komunikasi yang dilakukan Yayasan Saudara Sejiwa meliputi pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkuler di setiap tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahapan pembinaan.