Permasalahan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi di SDN Pinang 7

Abstract

The implementation of inclusive education in Indonesia aims to provide educational facilities and services for children with special needs (ABK). The implementation of inclusive education has been implemented in elementary schools throughout Indonesia, especially big cities, but in its implementation found many problems. This study aims to describe the problems in the implementation of inclusive education at SDN Pinang 7. Special (GPK) SDN Pinang 7 Tangerang City. The method used is descriptive qualitative which aims to describe "what is" about a variable, symptom or situation. Data collection techniques in this study in the form of interviews, documentation, and observation. The results showed that there were various problems encountered related to the components of educators, students, school management, curriculum, learning processes, cooperation and lack of infrastructure that supports the implementation of inclusive schools, and the incompatibility of infrastructure facilities owned by schools with the needs of children with special needs. In addition, these problems also arise due to the lack of cooperation from various parties, for example with the government and parents and guardians of students.

Kolaborasi antara Sekolah dan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusi

“…Peran orangtua menjadi faktor pendukung dalam keberlangsungan pendidikan seorang anak, terkhusus bagi anak berkebutuhan khusus. Dukungan orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang bersekolah di sekolah inklusi karena keberadaan ABK di kelas inklusif membuat mereka menghadapi banyak tuntutan dan harapan dari lingkungan sekolah (Septi Nurfadhillah, 2021). Siswa inklusi diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, selain itu mereka juga diharapkan mampu mengikuti pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan ABK.…”

“…Menurut Hewwet dan Frenk, 1968(Nurfadhillah, 2021 menyebutkan bahwa peran dan fungsi orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus:…”

Penggunaan Metode Repetition and Feedback Dalam Menunjang Pembelajaran Anak Slow Learners

“…Anak slow learners tidak dapat disamakan dengan siswa yang membutuhkan penanganan khusus atau peserta didik enggan yang kooperatif. Menurut (Nurfadhillah, 2021) anak slow learners dapat dikategorikan borderline intelligence dengan skor IQ (70-89) (dalam skor WISC). Menurut Prasetyoningsih (2016) anak slow learners peserta didik yang lambat belajar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi intelektual akademis rata-rata atau diatasnya.…”