2021
DOI: 10.30598/belovol6issue2page179-194
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Penyebaran Berita Bohong (HOAX) Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Upaya Penanggulangannya di Provinsi Maluku

Abstract: Masa pandemi Covid-19 merupakan masa yang sulit, bukan saja ekonomi, namun sektor lainya juga terpukul, pemerintah berupaya untuk menanggulagi semua efek yang muncul namun informasi bohong (Hoax) dimasa pandemi ini juga mengakibatkan banyak masyarakat yang merasa ketakutan dengan informasi yang salah. Penelitian ini memakai metode yuridis empiris. isi dari berita bohong (hoax) tersebut terkadang membuat masyarakat menjadi panik dan trauma terhadap berbagai peristiwa yang terjadi, seperti masalah terorisme dan … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
2
0
7

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 9 publications
(10 citation statements)
references
References 4 publications
(8 reference statements)
0
2
0
7
Order By: Relevance
“…Terdapat beberapa faktor penyebab maraknya hoaks, yaitu rendahnya literasi digital sehingga mudah terprovokasi, terburu-buru untuk menyebarkan tanpa memverifikasi dan media digital merupakan media bebas sehingga apa saja dapat disebarkan dan diterima di dalamnya, sebagaimana disampaikan oleh (Latupeirissa, Pasalbessy and Leasa, 2021) masyarakat Indonesia sebagai pengguna aktif media sosial dan media daring merupakan salah satu masyarakat yang perkembangannya tanpa melewati tahapan literasi. Ada tiga faktor masyarakat Indonesia sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai konten hoaks yaitu rendahnya minat baca masyarakat, tidak memeriksa kebenaran dan keaslian berita, terlalu cepat dalam menyimpulkan suatu informasi.…”
Section: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Maraknya Hoaks DI Lingkungan...unclassified
“…Terdapat beberapa faktor penyebab maraknya hoaks, yaitu rendahnya literasi digital sehingga mudah terprovokasi, terburu-buru untuk menyebarkan tanpa memverifikasi dan media digital merupakan media bebas sehingga apa saja dapat disebarkan dan diterima di dalamnya, sebagaimana disampaikan oleh (Latupeirissa, Pasalbessy and Leasa, 2021) masyarakat Indonesia sebagai pengguna aktif media sosial dan media daring merupakan salah satu masyarakat yang perkembangannya tanpa melewati tahapan literasi. Ada tiga faktor masyarakat Indonesia sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai konten hoaks yaitu rendahnya minat baca masyarakat, tidak memeriksa kebenaran dan keaslian berita, terlalu cepat dalam menyimpulkan suatu informasi.…”
Section: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Maraknya Hoaks DI Lingkungan...unclassified
“…Data yang diperoleh dari Kemenkominfo menunjukkan bahwa dari bulan Agustus 2018 hingga awal tahun 2022 ditemukan berita bohong (hoax) yang tersebar di media sosial melalui berbagai platform mencapai 9.546 berita bohong (hoaxs) (Widyastuti, 2022). Penyebaran berita bohong (hoax) melalui media sosial dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menimbulkan kegaduhan dan kekhawatiran masyarakat, penyebaran berita bohong tersebut ternyata dilakuakn oleh berbagai kalangan dari kaum terpelajar hingga pejabat tertentu, penyebaran berita ini melalui platform media sosial, seperti Watshaap, Twitter, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya (Latupeirissa et al, 2021).…”
Section: B Peran Coffee Shop Untuk Meminimalisir Berkembangnya Berita...unclassified
“…Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah di desa turut melatarbelakangi rendahnya tingkat kesadaran dan keterampilan masyarakat desa dalam menyerap informasi terkait pandemi (Chen dan Chen, 2020). Hal ini semakin diperparah dengan maraknya berita bohong (hoax) di sosial media yang menyebabkan arus informasi menjadi tumpang tindih dan sulit dipercaya oleh masyarakat pedesaan (Latupeirissa et al, 2021). Selain itu, stigma tentang orang-orang yang mengalami gejala Covid-19 akan diasingkan dan teralienasi dari lingkungan sosial (Purnama, Juliansyah, dan Chainar, 2020) membuat banyak masyarat berpikir bahwa sakit Covid-19 seperti aib yang harus disembunyikan agar interaksi sosial tetap berjalan seperti biasa.…”
Section: Mencari Jalan Tengahunclassified