Peningkatan Keterampilan Berpikir Spasial Melalui Aktivitas Geographic Inquiry Pada Project Based Learning Berdeferensiasi

Abstract

Penelitan ini mengkaji aktivitas geographic inquiry pada project-based learning untuk meningkatkan berpikir spasial siswa. Diferensiasi yang dimasukkan sebagai variable moderator yakni berupa gaya belajar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 71 siswa SMK yang belajar pemetaan topografi pada Program Keahlian Geologi Pertambangan. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan ANOVA dua jalur, dengan faktorial 2x3 melalui program SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan (1) ada perbedaan signifikan antara model pembelajaran terhadap keterampilan berpikir spasial, dengan nilai sig 0,003, (2) ada perbedaan signifikan antar gaya belajar terhadap keterampilan berpikir spasial, dengan nilai sig 0,004 dan (3) ada interaksi signifikan antara model pembelajaran dan gaya belajar terhadap keterampilan berpikir spasial, dengan nilai sig 0,000. Aktivitas geographic inquiry pada project-based learning paling sesuai digunakan pada siswa dengan gaya belajar kinestetik.

Hubungan Geographical Inquiry dengan Kemampuan Berpikir Kritis, Prestasi Belajar dan Self-Efficacy

“…Kemajuan keterampilan berpikir kritis menjadi faktor krusial dalam mengatasi permasalahan pembelajaran [5]. Berpikir kritis melibatkan kemampuan berkomunikasi dan penalaran [6]. Pencapaian prestasi belajar mencakup penguasaan pengetahuan dan kompetensi [7].…”

“…Pendekatan ini mencakup karakteristik aktivitas praktis dan teori [12]. Pedoman Standar Geografis Nasional memberikan panduan dalam melaksanakan penyelidikan yang mengintegrasikan pembelajaran inquiri [6]. Inquiri menjadi bagian integral dari eksplorasi dan pemecahan berbagai permasalahan terkait fenomena geosfer [13].…”

“…Beberapa peneliti yang mempelajari geographical inquiry antara lain kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah [14], efektivitas model Geoliterasi (GIGL) kemampuan berpikir spasial [16]; teknik pertanyaan 5W+1H [17], alat bantu visual. [18], berbasis proyek [6]. mengembangkan Geographic Inquiry Process Skills Scale (GIPSS) [19], selfefficacy [8].…”

“…Geographical inquiry mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses pemikiran kritis, seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata ( [14], [6]). Selain itu, melalui proses metakognitif yang diterapkan dalam metode ini, siswa diajak untuk menginternalisasi tujuan pembelajaran geografi yang ingin dicapai [26].…”

“…Selain itu, geographical inquiry juga memperkaya pengalaman siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. [6]. Penggunaan model pembelajaran geographical inquiry secara signifikan memperkaya perkembangan keterampilan berpikir kritis ( [14], [6]) dan terbukti memiliki dampak positif yang signifikan dalam proses pembelajaran yang berbasis proyek [6].…”