Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Budidaya Rumput Laut sebagai Sumber Pendapatan Masyarakat

Abstract

<em>Local economic development through seaweed cultivation in Kapuntori District, Buton Regency is very promising and profitable so it is necessary to make maximum efforts so that problems that arise in the development of seaweed cultivation can be resolved. This study aims to determine income, assess the feasibility of seaweed farming as a source of income for the people of Wawoncusu Hamlet, Lambusango Village, Kapuntori District, Buton Regency, and at the same time develop a strategy for developing a seaweed cultivation business. This study uses a descriptive research method with a qualitative approach. The data source is primary data which includes information from farming about costs, revenues, and income of farming and development strategies that have been carried out by farming businesses, while secondary data includes data documentation. Data collection methods and techniques used interview, observation, and documentation methods, while data analysis methods used a qualitative descriptive approach. Based on the results of the analysis obtained information that the average income of seaweed farmers for 40 days obtained from 1 unit raft is Rp 2,200,000. The feasibility of seaweed farming shows the R/C ratio >1, namely 5.11 and 2.39. If the R/C Ratio >1, then the seaweed business is efficient and profitable. The most effective strategy for seaweed development in Wawoncusu Hamlet, Lambusango Village, Kapuntori District, Buton Regency is SO and WT analysis.</em>

Kontribusi Usaha Budidaya Rumput Laut dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Dusun Wael Kabupaten Seram Bagian Barat

“…Petani rumput laut cenderung mengoptimalkan biaya produksi mereka agar dapat memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu, analisis ekonomi dan manajemen yang baik sangat penting dalam mengelola budidaya rumput laut dengan efisien (Fatmala et al, 2023).…”

Strategi Pengembangan UMKM Industri Kerajinan Pasca Covid 19 di Kabupaten Buton

“…Langkah selanjutnya adalah membuat diagram analisis dimana pada kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan, kuadran 2 merupakan situasi dimana organisas mengalami ancaman, kuadran 3 merupakan situasi organisasi menghadapi peluang yang sangat besar dan kuadran 4 merupakan situasi organisasi sangat tidak menguntungkan. Terakhir yang dilakukan dengan menyilangkan lima komponen dari hasil pemeringkatan matriks IFAS dan EFAS untuk menghasilkan strategi pengembangan (Fatmala et al, 2023).…”

“…Tahap kedua dilakukan dengan memberikan bobot dan pemering-katan masing-masing komponen menggunakan matriks IFAS dan EFAS dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (paling penting). Selanjutnya, tahap ketiga dilakukan dengan menyilangkan lima komponen dari hasil pemeringkatan matriks IFAS dan EFAS untuk menghasilkan strategi pengembangan (Fatmala et al, 2023). Adapun tabel nilai pengukuran IFAS dan EFAS (Fatmala et al, 2023) Sangat kuat 0,11-0,20 Kekuatan diatas rata-rata 0,6-0,10 Kekuatan rata-rata 0,1-0,5…”

“…Selanjutnya, tahap ketiga dilakukan dengan menyilangkan lima komponen dari hasil pemeringkatan matriks IFAS dan EFAS untuk menghasilkan strategi pengembangan (Fatmala et al, 2023). Adapun tabel nilai pengukuran IFAS dan EFAS (Fatmala et al, 2023) Sangat kuat 0,11-0,20 Kekuatan diatas rata-rata 0,6-0,10 Kekuatan rata-rata 0,1-0,5…”