Riau didominasi oleh topografi dataran rendah dengan kondisi morfologi kemiringan landai hingga curam. Secara umum dataran di Pulau Bunguran besar memiliki topografi dataran dengan ketinggian tempat berkisar 5-30 mdpal dan ketinggian tempat tertinggi berada di Gunung Ranai 920 mdpal. Kondisi tersebut mengakibatkan permasalahan lingkungan terutama pada dataran terbentuk cekungan dengan genangan yang mempengaruhi kondisi sumber daya air tanah yang mudah tercemar yang dipengaruhi oleh keterdapatan air tanah (akuifer) yang dangkal dan dekat dengan permukaan. Kondisi akuifer yang dangkal dan relatif dekat dengan permukaan memiliki potensi pencemaran air tanah oleh sumber pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pencemaran air tanah secara keruangan (spasial) dengan pendekatan hidrogeologi metode SINTACS. Metode SINTACS merupakan pendekatan kerentanan dengan pemberian nilai dan bobot dari setiap parameter atau dapat memicu terjadinya kerentanan. Data primer yang digunakan untuk penilaian kerentanan yaitu kedalaman freatik air tanah, tekstur tanah, dan kemiringan lereng. Sedangkan parameter kondisi infiltrasi, kondisi aerasi pada batuan, penysusun batuan (litologi) akuifer, dan nilai konduktivitas hidrolik (K) atau kelulusan air pada batuan diperoleh dari pendekatan data sekunder. Sekenario kerentanan pencemaran air tanah mengunakan pendekatan dampak skenario normal. Diketahui bahwa kondisi kerentanan rendah 28% atau seluas 486 km 2 , kerentanan sedang 20% atau seluas 343,8 km 2 , kerentanan tinggi 0,04% atau seluas 0,7 km 2 dan kerentanan sangat tinggi 52% atau seluas 898,7 km 2 . Secara umum kondisi kerentanan di Pulau Bunguran Besar sangat tinggi.