Penelitian ini membahas mengenai tantangan sutradara dalam produksi film pendek dokumenter yang berjudul “Menari Dalam Sunyi” dengan narasumber yang difabel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan sutradara pada saat melakukan pendekatan dengan narasumber yang difabel selama proses pembuatan film tersebut. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, metode ini ialah suatu penelitian yang pengumpulan datanya menekankan kualitas melalui tahap wawancara, observasi, dan literature dengan paradigma konstruktivisme berorientasi pada pemahaman yang direkonstruksi tentang dunia sosial, dibangun dari pengalaman dan pemaknaan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi – strategi yang dilakukan sutradara dengan teori penetrasi yang sering disebut juga teori lapisan yaitu dengan melakukan pendekatan secara bertahap. Pendekatan dilakukan secara intrapersersonal dengan tahapan orientasi, memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian disambung dengan tujuan sutrada berkunjung ke lokasi. Selanjutnya dengan tahapan pertukaran penjajakan afektif, tahapan ini dimulai dengan sutradara yang memperkenalkan apa tujuan pembuatan filmnya, penjelasan singkat mengenai film dokumenter, dan penjelasan singkat mengenai apa saja yang perlu dilakukan narasumber, setelah itu baru sutradara meminta narasumber memperkenalkan diri, pada tahapan ini proses komunikasi dengan bahasa isyarat masih dibantu oleh Ibu Suryati selaku guru normal yang mengajari mereka menari. Selanjutnya masuk pada tahapan pertukaran afektif, pada tahapan ini sutradara dan narasumber sudah mulai saling bertanya sehingga sudah mulai adanya kedekatan sekaligus sutradara memahami dan belajar bahasa isyarat mereka. Setelah itu tahapan terakhir yaitu pada tahapan pertukaran stabil, didalam tahapan ini narasumber sudah berani mengungkapkan apa yang mereka rasa, seperti ketika merasa bosan, tidak nyaman, merasa lelah saat proses syuting sedang berlangsung.