2016
DOI: 10.17509/eh.v2i1.2753
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pembelajaran Matematika Kontekstual Kelompok Permanen Dan Tidak Permanen Dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Sekolah Dasar

Abstract: ABSTRAKPenelitian ini mengkaji tentang kemampuan penalaran, komunikasi matematik dan sikap siswa dengan pembelajaran kontekstual melalui belajar kelompok permanen dan kelompok tidak permanen, kemudian dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan penalaran, komunikasi matematik, dan sikap siswa. Penelitian ini menggunakan disain kuasi eksperimen kelompok kontrol pretes-postes. Kelompok pertama adalah kelas eksperimen yang terdiri dari dua pasang kumpulan siswa yang masing-masing memperoleh pembelajaran matematika kon… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
1
0
1

Year Published

2019
2019
2020
2020

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
1
Order By: Relevance
“…Based on that, the lack of involvement of students so that they can play an active role in the learning process. As a result, teachers cannot combine student's creativity in learning, because there was no opportunity or place for students to express their creativity (Windayana, 2010). Creativity was needed in learning mathematics, creativity will provide opportunities for students to develop abilities in solving mathematical problems (Mann, 2009).…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Based on that, the lack of involvement of students so that they can play an active role in the learning process. As a result, teachers cannot combine student's creativity in learning, because there was no opportunity or place for students to express their creativity (Windayana, 2010). Creativity was needed in learning mathematics, creativity will provide opportunities for students to develop abilities in solving mathematical problems (Mann, 2009).…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Ungkapan ini didasarkan pada beberapa studi terdahulu, seperti diungkapkan Nahdi (2014) menyatakan bahwa siswa Indonesia masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang membutuhkan kemampuan penalaran matematis. Selanjutnya Windayana (2009) menyebutkan bahwa kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar saat ini belum menunjukan keadaan yang memuaskan masih banyak didapati siswa sekolah dasar yang cara bernalarnya rancu dan tidak mendasar. Windayana memberi contoh pembelajaran yang mengabaikan pengembangan penalaran adalah ketika siswa mengerjakan soal penjumlahan dengan cara bersusun kebawah, jika pengerjaan penjumlahan tidak dilakukan dengan bersusun kebawah maka siswa akan mengalami kesulitan.…”
unclassified