C275 Abstrak-Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu daerah yang termasuk kedalam kategori rawan bencana kekeringan. Dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan adalah masyarakat kekurangan air bersih sebanyak 1.650 jiwa di Kecamatan Ngoro serta penurunan hasil panen di sektor pertanian. Luas lahan pertanian yang mengalami kekeringan di Kabupaten Mojokerto mencapai 86.365 hektar. Terdapat empat tingkat bahaya kekeringan yang tersebar di Kabupaten Mojokerto, yaitu daerah yang tidak kering (27.686 Ha), kering ringan (20.764,5 Ha), kering sedang (17.303,75 Ha) dan sangat kering (1.038 Ha). Berdasarkan hasil identifikasi capaian adaptasi eksisting pada daerah kering tertinggi, diketahui bahwa respon terhadap kekeringan berupa pembatasan penggunaan air, suplai air bersih, peningkatan daerah hijau, penyediaan tampungan air permukaan dan penyediaan jaringan irigrasi. Arahan adaptasi di Kabupaten Mojokerto memiliki persamaan antara wilayah utara dan selatan yaitu bersifat proaktif, meliputi pengurangan dampak kekeringan, penyediaan early warning system, pemberian insentif kepada masyarakat dan penyesuaian fungsi guna air. Namun arahan adaptasi di wilayah utara juga bersifat reaktif, hal ini disebabkan karena wilayah utara tidak memiliki jaringan irigrasi dan minimnya daerah tangkapan hujan akibatnya kekeringan di wilayah utara lebih tinggi dibandingkan wilayah selatan sehingga arahan adaptasi di wilayah utara harus lebih ditingkatkan dari segi pengelolaan irigrasi dan peningkatan daerah hijau.