Tulisan ini bertujuan untuk memperbaiki penghitugan Nilai Tukar Petani (NTP) yang telah lama dihitung oleh Badan Pusat Statistik sejak tahun 1976. NTP digunakan untuk mengukur daya beli keseluruhan komoditas pertanian secara keseluruhan yang dihitung dari rasio 2 (dua) jenis indeks harga yaitu Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dan Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani. Penggunaan Modified Laspeyres Index untuk Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dianggap belum mampu menangkap dinamika kuantitas produksi pertanian dan perikanan yang umumnya bersifat volatile dan dipengaruhi oleh faktor musim. Penggunaan Modified Laspeyres Index pada Indeks Harga yang Diterima oleh petani dinilai kurang tepat karena mengasumsikan volume produksi yang konstan sepanjang waktu. Pada kenyataannya, baik harga maupun kuantitas produk pertanian dan perikanan mempunyai sifat yang volatile atau bahkan dipengaruhi oleh faktor musim dimana pada masa panen mengalami lonjakan volume produksi yang sangat tinggi dan masa paceklik mengalami penurunan volume produksi yang tajam. Oleh karena itu, penggunaan Modified Laspeyres Index pada komponen Indeks Harga yang Diterima oleh Petani perlu dipertimbangkan kembali. Dengan kata lain, perlu dibangun alternatif indeks harga lain yang mampu menangkap volatilitas pada produk pertanian sehingga penilaian kinerja pertanian dan perikanan yang lebih baik dapat dicapai. Penulis mengimplementasikan Rothwell Index pada Indeks Harga yang Diterima oleh Petani dengan menggunakan komoditas ikan segar sebagai objek penelitian ini karena atributnya sebagai komoditas yang relatif dominan dipengaruhi oleh faktor cuaca sehingga baik harga dan kuantitas produksinya pun mempunyai volatilitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata antara indeks harga komoditas ikan segar dengan menggunakan Laspeyres Index dan Rothwell Index. Rothwell Index lebih rasional daripada Laspeyres Index karena mampu menangkap volatilitas harga dan kuantitas produksi komoditas ikan segar tersebut. Dari sisi kebijakan, NTP yang dihitung saat ini penting untuk diperbaiki karena digunakan untuk merumuskan dan mengevaluasi kebijakan pertanian dan perikanan di Indonesia.