2022
DOI: 10.26753/empati.v3i2.841
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Optimalisasi Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Selama Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Di Universitas Muhammadiyah Magelang

Abstract: Dunia dikagetkan dengan adanya Corona virus jenis baru (SARS-CoV-2) penyakitnya disebut Corona virus Disease (Covid-19), yang mulai mewabah pada awal Maret tahun 2020 di Indonesia. Untuk menekan penyebaran covid-19, pemerintah memberikan berbagai upaya pencegahan mulai dari diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru, karantina wilayah, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan lain-lain. Sinergi dengan kebijakan pemerintah, sivitas akademika perlu mengambil bagian melakukan berbagai upaya untuk menekan penyeba… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 2 publications
(2 reference statements)
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Tasikmalaya sehingga wilayah ini menjadi rentan terhadap penyebaran Covid-19. Selain itu, wilayah tersebut berisiko penyebaran Covid-19, dengan masyarakat yang semakin kurang berhati-hati dalam menjaga jarak, praktik cuci tangan masih rendah, penggunaan masker minimal, dan jika menggunakan masker kurang tepat, serta cakupan vaksinasi rendah (Widiyanto et al, 2022). Hasil wawancara beberapa anggota majelis taklim menyebutkan bahwa merasa tidak perlu untuk vaksinasi karena menurutnya hal tersebut obat yang dilarang agama Islam, serta berpendapat bahwa mati dan hidup seseorang karena Allah, dan merasa takut akibat vaksin yang ditimbulkan setelah mendengar informasi yang beredar.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tasikmalaya sehingga wilayah ini menjadi rentan terhadap penyebaran Covid-19. Selain itu, wilayah tersebut berisiko penyebaran Covid-19, dengan masyarakat yang semakin kurang berhati-hati dalam menjaga jarak, praktik cuci tangan masih rendah, penggunaan masker minimal, dan jika menggunakan masker kurang tepat, serta cakupan vaksinasi rendah (Widiyanto et al, 2022). Hasil wawancara beberapa anggota majelis taklim menyebutkan bahwa merasa tidak perlu untuk vaksinasi karena menurutnya hal tersebut obat yang dilarang agama Islam, serta berpendapat bahwa mati dan hidup seseorang karena Allah, dan merasa takut akibat vaksin yang ditimbulkan setelah mendengar informasi yang beredar.…”
Section: Pendahuluanunclassified