Observing the character of public accountant through the spirit of Fastabiqul Khairat

Abstract

This study aims to examine the character of public accountant in spirit fastabiqul khairat through a religius approach. The method used in this research is qualitative with a religiosity pradigm strategy. This study found that the spirit of fastabiqul khairat appears in every audit process, carried out by public accountant, starting from the engagement process to the issuance of an audit opinion. In the ethical crisis faced by public accountant, it takes a character building with integrity “amal shalih“ and not unjust. Public accountant prioritize aspects of conviction in every decision, adhere to the applicable rules. Through the spirit of fastabiqul khairat, it’s expected to be able to produce ethical behaviour for public accountant, which will lead to the concept of a code of ethics of public accountant profession.

Fastabiq al-khairat: Wujud Etika Profesi Berkeadilan

“…Tak hanya dari sisi peran penting saja, melainkan tingkat kesadaran publik semakin tinggi akan pentingnya jasa akuntan (Martiningsih & Adi, 2023). Tentu saja hal tersebut akan semakin membuat profesi akuntan publik rentan terhadap pelanggaran-pelanggaran, khususnya pelanggaran etika, kecurangan, dan manipulasi laporan keuangan (Aripratiwi et al, 2023). Kerentanan ini pula bersumber dari profesi akuntan yang masih terbelenggu dalam praktis bisnis yang tidak sehat, lingkungan bisnis yang kapitalis, dan utilitarianisme.…”

“…Fastabiq al-khairat menjadi sebuah nilai yang mampu menggagas konsep etika profesi, dan dipandang mampu menciptakan lingkungan etis bagi para akuntan (Aripratiwi et al, 2023) agar semakin dekat kepada Allah SWT. Karena sejatinya, manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib menjalankan seluruh perintah dan menjauhi larangannya.…”

“…Bapak Bima KAP Gemilang mempraktikkan penerapan kode etik profesi nya dengan sikap nyata yaitu memberikan contoh baik kepada lingkungan. Penerapan etika profesi diharap mampu meminimalisasi perilaku-perilaku tidak etis (Aripratiwi et al, 2023;Susilawati et al, 2022). Walau tentu saja dalam proses pelaksanaannya akan dijumpai dilema etis, apakah akan tetap mengutamakan dan meluruskan niat karena Allah.…”

“…Adopsi keseluruhan (full adopted) KEPAP bertujuan menghasilkan kode etik yang sama antar negara, karena berkaitan dengan bisnis-bisnis multinasional. Namun ketentun-ketentuan yang ada di kode etik profesi masih memiliki rasa kebaratan (Aripratiwi et al, 2023;Az-Zahra et al, 2022), seperti utilitarianisme dan pragmatisme. Dalam pandangan teori utilitarianisme menjelaskan bahwa tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika total utilitas yang dihasilkan lebih besar dari tindakan lain.…”