Vitalitas sastra lisan Kayori dilaksanakan dengan tujuan mengetahui daya hidup atau tingkat kesehatan sastra lisan Kayori. Penelitian ini berancangan kualitatif dan kuantitatif yang memuat kajian vitalitas sastra lisan Kayori. Data kualitatif kajian vitalitas sastra lisan Kayori dianalisis dengan menggunakan model analisis yang terdiri atas tiga kegiatan utama yang meliputi (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3) penarikan simpulan atau verifikasi (conclution drawing). Selanjutnya, data kuantitatif yang diperoleh melalui teknik kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif berdasarkan penghitungan frekuensi dan persentase. Penghitungan diawali dengan menghitung frekuensi dan persentase karakteristik responden. Perhitungan lanjutan adalah menghitung frekuensi dan persentase setiap item pernyataan yang merupakan bagian indikator pengujian vitalitas sastra. Responden dalam kajian ini berjumlah 30 orang dari berbagai jenjang umur, pendidikan, dan pekerjaan. Data diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner. Untuk menentukan kriteria vitalitas sastra lisan Kayori digunakan analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan penghitungan frekuensi dan persentase. Hasil perhitungan untuk menentukan daya hidup atau tingkat kesehatan sastra lisan Kayori didasarkan pada delapan indikator, yaitu (1) pewarisan di kalangan generasi muda, (2) proporsi penutur Kayori dalam populasi penduduk, (3) peralihan ranah Kayori, (4) alih wahana Kayori, (5) Kayori dalam pembelajaran di sekolah, (6) sikap pemerintah terhadap Kayori, (7) sikap masyarakat terhadap Kayori, serta (8) jumlah dan kualitas dokumentasi. Berdasarkan hasil itu, dapat dikemukakan bahwa sastra lisan Kayori sudah dalam kondisi terancam punah (endangered).