Multi-sensori dalam konsepsi tempat pada lingkungan cagar budaya perkotaan

Abstract

Multi-sensori berpengaruh dalam mengenali sebuah tempat lebih baik. Proses mengenali tersebut perlu didukung oleh konsepsi tempat yang tidak dibatasi oleh aspek fisik saja. Pemahaman ini berlawanan dengan paradigma yang umum terjadi dalam pemahaman dan model pelestarian kawasan cagar budaya yang masih terbatas pada peningkatan kualitas fisik berdasarkan indra visual. Artikel ini mendiskusikan peran dan potensi multi-sensori dalam memahami konsepsi tempat yang bermanfaat pada pelestarian kawasan cagar budaya perkotaan. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dari studi kepustakaan dan pengamatan lapangan kawasan cagar budaya sekitar Gedung Sate kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi multi-sensori berperan serta berpotensi untuk mempermudah proses pembacaan dan merasakan tempat oleh individu. Diskusi ini membuka wacana baru untuk mengintegrasikan aspek non fisik berbasis persepsi subjek dalam diskusi kawasan cagar budaya perkotaan.
 

Adaptive reused heritage building based on sustainable architecture

“…In an architectural perspective, historically meaningful buildings require preservation efforts to adjust the function, material, and construction of the building (Gandawijaya 2021; Septianto et al 2023). Heritage and historical buildings have important architectural and cultural value that require building conservation, rehabilitation over demolition and new construction, leading to more sustainable construction (Garcia-Castillo, Paya-Zaforteza, and Hospitaler 2023; Antariksa, Santosa, and Eka Sari 2021).…”