Abstract:Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan baik pada struktur jantung atau pembuluh darah besar maupun fungsi jantung yang didapat sejak masih berada dalam kandungan. PJB juga merupakan salah satu penyebab utama kematian pada tahun pertama kehidupan. Prevalensi kejadian PJB di seluruh dunia mencapai 9,4 per 1000 kelahiran hidup termasuk di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus dikategorikan sebagai PJB berat yang kadang membutuhkan operasi bertahap agar pasien dapat bertahan hidup. Tujua… Show more
“…Menurut CDC, kejadian PJB di AS adalah sekitar 1% atau 10 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada sebuah tinjauan sistematis dan laporan meta-analisis menunjukkan kejadian di Asia sekitar 9,3/1.000 kelahiran hidup (CDC, 2022). Di Indonesia, angka kejadian anak dengan PJB mencapai 8-10 per 1000 kelahiran hidup setiap tahunnya (Eva Miranda Marwali et al, 2021) dengan angka kematian di RS. Dr. Sutomo pada tahun 2004-2006berturut-turut 11,64%, 11,35%, dan 13,44% (Hariyanto, 2016.…”
Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia dan bertindak sebagai pertahanan tubuh terhadap agen eksternal seperti mikroorganisme, radiasi UV, dan rangsangan fisik dan kimia. Salah satu parameter yang paling sering digunakan dalam menilai fungsi sawar kulit, baik pada kulit sehat maupun pada penyakit tertentu, adalah dengan melakukan penilaian kelembapan ataupun hidrasi kulit dengan menggunakan trans-epidermal water loss (TEWL) dan skin capacitance (Scap). Terdapat berbagai penyakit yang disertai gangguan kelembapan kulit seperti dermatitis atopik, psoriasis, penyakit metabolik lainnya seperti ginjal, diabetes melitus hingga penyakit jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelembapan kulit pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) di RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 37 pasien anak dengan PJB yang berobat pada poliklinik jantung anak RSUDZA Banda Aceh serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan metode total sampling dalam kurun waktu 3 bulan. Status kelembapan kulit di area dahi, pipi, leher, ekstremitas atas dan bawah dinilai dengan menggunakan alat Tewameter dan Corneometer yang dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 sampel, 72.9% merupakan PJB tipe non-sianotik, dimana jenis kelamin terbanyak pada kelompok PJB sianotik adalah laki-laki (70%) sedangkan kelompok non-sianotik yang terbanyak adalah perempuan (51.9%). Kedua kelompok didominasi oleh anak usia 1 sampai 5 tahun (PJB sianotik, 70%; PJB non-sianotik 70.4%) dengan berat badan lahir ≥ 2500 gr (PJB sianotik, 60%; PJB non-sianotik 74.1%). Nilai TEWL kelompok PJB sianotik lebih tinggi dibandingkan kelompok non-sianotik dan nilai Scap kelompok PJB sianotik lebih rendah dibandingkan kelompok non-sianotik sehingga dapat disimpulkan pasien anak dengan PJB sianotik memiliki kelembapan kulit yang lebih buruk dibandingkan anak dengan PJB non sianotik (p<0.05).
“…Menurut CDC, kejadian PJB di AS adalah sekitar 1% atau 10 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada sebuah tinjauan sistematis dan laporan meta-analisis menunjukkan kejadian di Asia sekitar 9,3/1.000 kelahiran hidup (CDC, 2022). Di Indonesia, angka kejadian anak dengan PJB mencapai 8-10 per 1000 kelahiran hidup setiap tahunnya (Eva Miranda Marwali et al, 2021) dengan angka kematian di RS. Dr. Sutomo pada tahun 2004-2006berturut-turut 11,64%, 11,35%, dan 13,44% (Hariyanto, 2016.…”
Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia dan bertindak sebagai pertahanan tubuh terhadap agen eksternal seperti mikroorganisme, radiasi UV, dan rangsangan fisik dan kimia. Salah satu parameter yang paling sering digunakan dalam menilai fungsi sawar kulit, baik pada kulit sehat maupun pada penyakit tertentu, adalah dengan melakukan penilaian kelembapan ataupun hidrasi kulit dengan menggunakan trans-epidermal water loss (TEWL) dan skin capacitance (Scap). Terdapat berbagai penyakit yang disertai gangguan kelembapan kulit seperti dermatitis atopik, psoriasis, penyakit metabolik lainnya seperti ginjal, diabetes melitus hingga penyakit jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelembapan kulit pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) di RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 37 pasien anak dengan PJB yang berobat pada poliklinik jantung anak RSUDZA Banda Aceh serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan metode total sampling dalam kurun waktu 3 bulan. Status kelembapan kulit di area dahi, pipi, leher, ekstremitas atas dan bawah dinilai dengan menggunakan alat Tewameter dan Corneometer yang dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 sampel, 72.9% merupakan PJB tipe non-sianotik, dimana jenis kelamin terbanyak pada kelompok PJB sianotik adalah laki-laki (70%) sedangkan kelompok non-sianotik yang terbanyak adalah perempuan (51.9%). Kedua kelompok didominasi oleh anak usia 1 sampai 5 tahun (PJB sianotik, 70%; PJB non-sianotik 70.4%) dengan berat badan lahir ≥ 2500 gr (PJB sianotik, 60%; PJB non-sianotik 74.1%). Nilai TEWL kelompok PJB sianotik lebih tinggi dibandingkan kelompok non-sianotik dan nilai Scap kelompok PJB sianotik lebih rendah dibandingkan kelompok non-sianotik sehingga dapat disimpulkan pasien anak dengan PJB sianotik memiliki kelembapan kulit yang lebih buruk dibandingkan anak dengan PJB non sianotik (p<0.05).
“…Bayi dengan TOF atau kondisi lain yang menyebabkan sianosis dapat mengalami masalah termasuk risiko lebih tinggi terkena infeksi pada lapisan jantung yang disebut endokarditis, risiko lebih tinggi mengalami irama jantung tidak teratur atau aritmia, pusing, pingsan, atau bahkan kejang karena kadar oksigen yang rendah dalam darah serta pertumbuhan dan perkembangan yang terganggu. 26,27 b) Atresia Trikuspid (AT) Pada defek ini tidak terdapat aliran dari atrium kanan menuju ventrikel kanan sehingga seluruh aliran balik vena sistemik masuk ke bagian kiri jantung melalui foramen ovale atau jika terdapat defek pada septum atrium. Insidensi AT diperkirakan 1 per 10.000 kelahiran hidup dengan estimasi prevalensi AT dari seluruh kasus PJB adalah 2.9% dari autopsi dan 1.4% dari penegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan berulang.…”
Penyakit jantung bawaaan (PJB) atau defek jantung bawaan merupakan kelainan struktur jantung dan pembuluh darah yang muncul sejak lahir dan menjadi penyebab utama kematian anak dari semua kelainan bawaan. PJB dapat diartikan juga sebagai abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang dapat menyebabkan kematian. Diagnosis PJB biasanya dilakukan dengan anamnesis; pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi, pemeriksaan pulse oximetry, elektrokardiografi (EKG), dan foto rontgen dada.30Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung bawaan) mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan pada anak-anak tergantung pada jenis masalah jantung tertentu dan seberapa parahnya. Kadang-kadang penyakit jantung bawaan mungkin tidak memiliki efek jangka panjang pada kesehatan anak dan mungkin tidak perlu pengobatan.
“…PJB merupakan kelainan bawaan tersering yang dapat menjadi penyebab utama kematian pada tahun pertama kehidupan. (Marwali, Purnama and Roebiono, 2021) Hal ini terlapor dari hasil telaah global tahun 1970 -2017 yang menjabarkan prevalensi PJB di seluruh dunia mencapai 9,4 bayi per 1000 kelahiran hidup termasuk di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus dikategorikan sebagai PJB berat yang kadang membutuhkan operasi bertahap agar dapat bertahan hidup.…”
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan baik pada struktur jantung atau pembuluh darah besar maupun fungsi jantung yang didapat sejak masih berada dalam kandungan. PJB terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan pembentukan dan perkembangan jantung dan pembuluh darah besar pada fase awal kehidupan janin. Kelainan dapat terjadi pada dinding jantung, sekat jantung, katup jantung, maupun pembuluh darah besar yang keluar dari jantung. Akibatnya, dapat terjadi gangguan aliran darah, misalnya sumbatan atau gangguan aliran darah akibat penyempitan katup jantung atau pembuluh darah besar, bahkan aliran darah ke jalur yang tidak semestinya akibat adanya lubang di sekat jantung atau kebocoran pada katup jantung yang tidak sempurna.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.