Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan Postmodernisme

Abstract

Artikel ini memaparkan latar belakang sejarah lahirnya teori-teori sosial postmodern, konsep-konsep pemikiran tokoh-tokoh teori sosial postmodern, serta kritik dan prospek masa depan teori-teori sosial postmodern. Harus diakui, teori-teori sosial postmodern dewasa ini cenderung berada dalam ketegangan pendapat antara kubu yang memandang bahwa teori-teori sosial postmodern masih menjadi bagian dari era modern dan kubu yang meyakini bahwa teori-teori ini telah terpisah sama sekali dari era modern. Kedua pandangan di atas, dengan landasan argumentasi masing-masing, akan dicoba dilacak di dalam artikel ini. Dengan memanfaatkan metode kajian kepustakaan (literature studies), artikel ini pada akhirnya hendak memberikan gambaran kritis tentang posisi penting teori-teori sosial postmodern dalam kajian sosiologi kontemporer dewasa ini, serta potensi kemungkinan-kemungkinan perkembangannya di masa depan. Kata Kunci: postmodernisme, postmodern, teori-teori sosial, teori sosiologi

High Heel Shoes Commodity Fethisis of Drag Queen Raminten Cabaret Artists Show Mirota Yogyakarta

“…Pada perkembangan fashion dekade 1970-an, gaya androgini diadaptasi secara luas tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki yang dipengaruhi oleh sub-kultur hippies. Dalam pandangan masyarakat postmodernisme, sub-kultur hippies yang merupakan wacana kebudayaan yang sebelumnya tertindas seperti kelompok etnis, kaum feminis, dunia ketiga, ras kulit hitam, kelompok gay, punk, dan gerakan peduli lingkungan (Hidayat, 2019). Pada dekade 1980-an dan 1990-an merupakan puncak gaya androgini yang pernah digunakan dalam pertunjukkan musik melalui gaya Glam dan Peacock Revolution dengan tokoh yang terkenal yakni David Bowie.…”

Prestige over Profit: The Practice of Digital Entrepreneurship among Millennial Generation in Indonesia

“…Daslam bukunya For a Critique of the Political Economy of the Sign, Baudrillard menyatakan proses hubungan masyarakat postmodern didasarkan pada nilai simbol (symbolic value) dan telah menggantikan nilai guna maupun nilai tukar (Hidayat 2019). Era ini ditandai dengan logika simulasi yang berkuasa dan mengendalikan masyarakat (Ritzer 2012).…”

The Correlation between Flexible Humanism and Bhinneka Tunggal Ika as a Solution for the Rising of Intolerance in Indonesia during Covid-19 Pandemic

“…Derrida tries to remove the binary opposition that always requires a hierarchy: Man as subject and man as object. Through the deconstruction of human metaphysics, the relationship between humans and humans is returned to its original position, namely a state where the relationship between "center" and "periphery" has not yet hardened (Hidayat, 2019). Therefore, for Derrida, understanding of humans can only be obtained through the interpretation of various cultural understandings of humanity by assuming that all are equal (Derrida in Hardiman, 2020, p. 57).…”