2017
DOI: 10.2495/ha-v1-n3-355-364
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Masjid jami kali pasir: In between ‘myth’ and a need for historical accuracy

Abstract: Since 2011, Masjid Jami Kali Pasir (Kali Pasir Mosque) has been legitimated as an architectural heritage by the government of Tangerang city, West Java, Indonesia. It is located at the heritage site of Pasar Lama-Kali Pasir where Chinese settlements are also present. There are a few opinions that consider the mosque has Chinese architectural style, which was used to 'mingle' with Chinese settlements near it. However, lack of accurate historical documentation of Masjid Jami Kali Pasir makes those assumptions qu… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2023
2023
2023
2023

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 2 publications
(1 reference statement)
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Hal tersebut menyebabkan mitos, asumsi, dan klaim subjektif lebih banyak menyelimuti nilai pusaka masjid, antara lain dugaan adopsi arsitektur Tionghoa pada masjid [11][12][13]; ragam versi tradisi lisan sosok pendiri masjid dan kampung [14-5]; persepsi Kampung Kalipasir sebagai komunitas minoritas di tengah area pecinan [13]; hingga mitos kerukunan antarumat beragama yang menyandingkan Masjid Jami Kalipasir dengan Klenteng Boen Tek Bio [16]. Meskipun mitos-mitos ini mendukung narasi rekonsiliasi sejarah kota khususnya setelah rangkaian tragedi etnis Tionghoa Peranakan Cina Benteng pada masa lampau [17][18], namun mitosmitos ini juga menyulitkan pemahaman sejarah Masjid Jami Kalipasir dan Pasar Lama karena tidak selalu ditunjang sumber arsip otentik.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hal tersebut menyebabkan mitos, asumsi, dan klaim subjektif lebih banyak menyelimuti nilai pusaka masjid, antara lain dugaan adopsi arsitektur Tionghoa pada masjid [11][12][13]; ragam versi tradisi lisan sosok pendiri masjid dan kampung [14-5]; persepsi Kampung Kalipasir sebagai komunitas minoritas di tengah area pecinan [13]; hingga mitos kerukunan antarumat beragama yang menyandingkan Masjid Jami Kalipasir dengan Klenteng Boen Tek Bio [16]. Meskipun mitos-mitos ini mendukung narasi rekonsiliasi sejarah kota khususnya setelah rangkaian tragedi etnis Tionghoa Peranakan Cina Benteng pada masa lampau [17][18], namun mitosmitos ini juga menyulitkan pemahaman sejarah Masjid Jami Kalipasir dan Pasar Lama karena tidak selalu ditunjang sumber arsip otentik.…”
Section: Pendahuluanunclassified