2021
DOI: 10.21776/ub.jamal.2021.12.2.17
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Makna Investasi Berdasarkan Mental Accounting Dan Gender

Abstract: Abstrak -Makna Investasi Berdasarkan Mental Accounting dan GenderTujuan Utama -Penelitian ini berupaya Memahami fenomena mental accounting dan karakteristik gender dalam kegiatan investasi. Metode -Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi untuk me mahami fenomena keputusan investasi sesuai dengan pengalaman ma singmasing partisipan. Partisipan terdiri dari tujuh wirausahawan de ngan jenis usaha yang berbeda antara satu sama lain. Temuan Utama -Wirausahawan memahami bahwa penganggaran mer upakan suatu kew… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0

Year Published

2021
2021
2021
2021

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 42 publications
0
0
0
Order By: Relevance
“…Bahkan Hardies & Khalifa (2018) mengingatkan bahwa gender bukanlah sekadar variabel dummy. Nurul & Hamidah (2021) berargumentasi bahwa jika gender hanya dipandang sebagai vari abel dummy, kemudian dimasukkan ke da lam model penelitian dan dicari asosiasinya dengan variabel lain, maka yang terjadi ada lah logical fallacy untuk mempertentangkan karakteristik pria dan wanita secara apriori. Jika gender sekadar dipandang sebagai vari abel dummy yang diukur secara dikotomis, misalnya 0 untuk wanita dan 1 untuk pria, maka logical fallacy akan semakin menge muka ketika variabel gender tersebut dima sukkan ke dalam model regresi.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Bahkan Hardies & Khalifa (2018) mengingatkan bahwa gender bukanlah sekadar variabel dummy. Nurul & Hamidah (2021) berargumentasi bahwa jika gender hanya dipandang sebagai vari abel dummy, kemudian dimasukkan ke da lam model penelitian dan dicari asosiasinya dengan variabel lain, maka yang terjadi ada lah logical fallacy untuk mempertentangkan karakteristik pria dan wanita secara apriori. Jika gender sekadar dipandang sebagai vari abel dummy yang diukur secara dikotomis, misalnya 0 untuk wanita dan 1 untuk pria, maka logical fallacy akan semakin menge muka ketika variabel gender tersebut dima sukkan ke dalam model regresi.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified