Kontribusi Dukungan Teman Sebaya Terhadap Regulasi Diri Pada Remaja

Abstract

Regulasi diri membuat remaja dapat terhindar dari perilaku yang tidak sehat, seperti perilaku membolos, pengaruh negatif dari lingkungan dan penggunaan zat terlarang. Memiliki tujuan hidup yang akan dicapai akan membuat remaja mengatur dirinya dengan baik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kontribusi dukungan teman sebaya terhadap regulasi diri pada remaja. Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Peneliti menyebarkan skala di empat sekolah menengah pertama yang ada di Malang dengan jumlah subjek 347 orang. Hasil regresi linier menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap regulasi diri dengan nilai signifikan sebesar p=0.00. adapun besar nilai koefisien regresi (F = 34.10; r = 0.30; R2 = 0.09) yang mengartikan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara dukungan teman sebaya terhadap regulasi diri. Semakin tinggi dukungan teman sebaya maka semakin tinggi pula regulasi diri pada remaja.

Hubungan Self-Regulated Learning Dengan Dukungan Teman Sebaya Serata Pengaruhnya Terhadap Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau

“…Adanya sikap saling memotivasi antara mahasiswa dengan teman sebayanya dapat membuat mahasiswa menjadi lebih mudah melakukan sesuatu, bersemangat untuk belajar, memperbaiki kemampuan self-regulated learning serta mampu mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. 11,12 Kemampuan self-regulated learning mahasiswa berpengaruh terhadap prestasi akademiknya, terutama hasil ujian CBT Blok. Mahasiswa dengan kemampuan self-regulated learning yang baik mempunyai karakteristik aktif dalam belajar dan melibatkan kognitif, motivasi, emosi serta perilaku mereka dalam meningkatkan kinerja akademik.…”

Analisis Dampak Sosial Efek Bandwagon Pada Eksistensi Remaja: Studi di Kota Pekanbaru dan Kota Bukitinggi

“…Selanjutnya, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan untuk memberikan dukungan dan pemahaman kepada remaja. Remaja perlu merasa didukung dan diterima apa adanya, tanpa tekanan untuk mengikuti tren atau menjadi seperti orang lain (Munawarah et al, 2019;Rufaida et al, 2021;Wijayanti et al, 2020). Mengembangkan lingkungan yang inklusif dan menerima perbedaan dapat membantu remaja merasa aman dalam mengekspresikan diri dan mengembangkan identitas yang autentik (Belsky, 2019;House et al, 2020;Sijtsema & Lindenberg, 2018).…”

“…Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan holistik dalam membantu remaja mengatasi tekanan sosial dan mengembangkan identitas yang kuat. Melalui pendidikan, dukungan komunitas, literasi media, dan pembentukan lingkungan inklusif, kita dapat membantu remaja dalam mengembangkan eksistensi yang positif dan menghargai keunikan mereka sebagai individu (Jackson & Goossens, 2020;Munawarah et al, 2019;Rufaida et al, 2021;Wijayanti et al, 2020).…”