Kontekstualisasi Miskomunikasi dalam Al-Qur’an (Studi atas Tafsir Al-Qur’an Tematik Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama RI)

Abstract

This paper answers two main questions. First, how is the methodology used by Tafsir Al-Qur’an Tematik of the Ministry of Religion of RI to produce interpretations that can offer solutions to the problems of Umma? Second, what is the contextual interpretation of the current miscommunication?. These Questions arise because the various methods of interpretation that exist often indicate a large distance between the Qur’an and the problems of Umma. Al-Qur’an as a book of guidance is deemed not present to answer the challenges that come so that it becomes a book that does not show its relevance in every time and place as well as the development of mankind. Especially the problems of miscommunication that come along with technological sophistication and increase the interest of the Indonesian people towards social media. Cyberbullying, dispute of religious authority, plagiarism, massive provocation, and other problems arise because of miscommunication. Therefore, a solution is needed that can answer these problems through the signals contained in the Al-Qur’an. One of the tafsir that offers such a solution is Tafsir Al-Qur’an Tematik compiled by the LajnahPentashhihMushaf Al-Qur’an of the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia with the theme “KomunikasidanInformasi”. This article examines this interpretation using descriptive analysis methods.

Penafsiran Lafadz Ihsan Dalam Ayat-Ayat Birrul Walidain

“…Kelompok ayat ini tergolong dalam ayat-ayat makiyah. Secara umum, kelompok ayatayat makiyah banyak berisi mengenai ajakan untuk bertauhid, penetapan risalah kenabian, tentang hari akhir, bercerita tentang neraka dan surga, dan didalamnya juga berisi tentang Dalam Ayat-Ayat Birrul Walidain menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara' dan keutamaankeutamaan akhlak yang harus dimiliki masyarakat (Hanafi, 2017). Sama hal-nya dengan ketiga ayat pada kelompok kedua, di dalamnya membahas mengenai ajakan atau perintah untuk bertauhid, menyembah hanya kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu hal lainnya, dan juga berisi tentang keutamaan-keutamaan akhlak yang harus dimiliki manusia terhadap kedua orang tua.…”

Tafsir Tematik Moderasi Islam: Jalan Menuju Moderasi Beragama di Indonesia

“…Tafsir tematik ini adalah buah hasil dari proses panjang pengerjaan yang ditandai dari hasil pertemuan para ulama pada tahun 2006 6 , seiring perjalanan waktu proses tafsir Kementerian Agama bertransformasi dari tafsir tahlili kepada tafsir tematik, maka dalam hal ini ditemukan tematema terkini untuk memberikan respon atas kegelisahan umat terhadap fenomena sosial. 7 Oleh karena itu, diantara tema-tema tafsir tersebut terdapat satu tema tentang Moderasi Islam 8 , yang mengupas tentang moderasi berIslam atau beragama serta menatap masa depan kemanusiaan. Tema-tema yang tercantum pada tafsir tersebut merupakan akumulasi dari berbagai masalah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, karena disebabkan banyak kejadian keumatan di tengah arus pemikiran dan globalisasi.…”

Implementation of Religious Moderation Practices in Minority Islamic Villages in Sea Village, Pineleng District, Minahasa Regency

“…With the label of a pluralistic nation (multicultural), Indonesia is viewed not only through the lens of tribe, ethnicity, language, and culture, but also religion. 5 In the context of the daily life of the Muslim minority community in Sea Village, Pineleng District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province, religious moderation is necessary to create an atmosphere of religious life in a majority non-Muslim community. This is essential to build a sociocommunity life system that is tolerant, just, safe and peaceful, and united within the framework of a ''multicultural society.…”