Keberagamaan Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Wilayah Minoritas Muslim

Wekke, Ismail Suardi; Hermawanto, Asep; Ashrori, Muhammad

doi:10.18860/ua.v17i2.3976

Cited by 11 publications

(11 citation statements)

References 1 publication

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Pada konteks ini, bisa pula dikembangkan sinergi antar perguruan tinggi, masyarakat, dan industry. Dengan triple helix akan memberikan kesempatan secara luas dalam pengembangan aktivitas perguruan tinggi (Leydesdorff & Etzkowitz, 1998 (Wekke, Hermawanto & Ashrori, 2016).…”

Section: Akhirat Class University: Pemetaan Tipologi Kampusunclassified

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Wekke¹

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

ABSTRAKPerluasan kewenangan sebuah institusi perguruan tinggi perlu disiapkan dengan mengidentifikasi agenda yang diperlukan di masa depan. Betapa sebuah institut yang sebelumnya berbentuk sekolah tinggi, jika tidak disiapkan secara komperehensif pada skala tertentu mengalami kegagapan untuk merespon situasi dan kecenderungan terkini. Untuk itu, artikel ini akan menganalisis keperluan merumuskan agenda dan juga mengidentifikasi pola kelembagaan perguruan tinggi. Kata Kunci: perguruan tinggi, pendidikan Islam, tipologi pendidikan Pendahuluan Perguruan tinggi Islam disebut kewujudan hegemoni Barat & Kristen (Husaini, 2006). Pandangan ini tidak melihat sepenuhnya keberadaan perguruan tinggi Islam yang tidak saja hanya menggunakan pandangan keilmuan Eropa dan Amerika, namun juga mengadopsi tradisi keilmuan dari wilayah lain seperti Afrika Utara dengan membentuk Fakultas Dirasat Islamiyah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Aplikasi kaidah ilmiah bukan bersandar pada faham keagamaan tetapi penggunaan metode yang dapat diterima sesuai standar keilmuan yang tidak bertumpu pada aspek normatif. Kepemimpinan Harun Nasution di IAIN Jakarta dengan menenalkan pendidikan non-madzhab melalui pembaruan kurikulum. Juga Mukti Ali di IAIN Yogyakarta pada tahun 1960 memperkenalkan kajian perbandingan agama (Nasution, 1995a). Nasution (1995b) menegaskan perlunya penguatan keislaman pada perguruan tinggi, namun wawasan keislaman itu bukan hanya bertumpu pada doktrin semata melainkan juga menyandingkan dengan metode rasionalitas yang empirik. Pendidikan tinggi Islam awalnya dijadikan sebagai sarana dakwah. Seiring dengan perjumpaan dengan tradisi akademik secara global. Akhirnya fungsi dakwah melebur dalam tradisi akademik yang diwarnai dari pengalaman perguruan tinggi terkemuka seperti McGill dan Leiden. Pembentukan empat belas IAIN sesungguhnya bentuk reformasi pendidikan Islam yang sebelumnya hanya dalam bentuk madrasah (Nakamura & Nishino, 1993). Tidak saja dalam peran dakwah tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. IAIN beserta alumninya terjun dalam peran-peran kemasyarakatan. Tidak saja itu, alumni perguruan tinggi Islam kemudian bisa * Artikel disiapkan dalam rangka menyongsong Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong. Sebagai bahan diskusi dalam rangka Rapat Koordinasi Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong, Jakarta, 15 Mei 2019. memperhatikan rangkaian proses transformasi tiga perguruan keagamaan Islam yaitu UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketiga perguruan tinggi dalam proses transformasi menyiapkan diri menjadi pusat kecemerlangan sehingga dalam perjalanan waktu dapat memainkan peran sesuai dengan keperluan terkini dan masa sekarang, bukannya memenuhi keperluan masa lalu. Daftar Pustaka Abdullah, M. A. (2006). Islamic studies di perguruan tinggi: pendekatan integratif-interkonektif. . Universitas islam: integrasi dan interkoneksitas sains dan ilmu agama menuju peradaban islam universal. Jurnal Tsaqafah, Jurnal Peradaban Islam, 3. Azra, A. (2012)...

show abstract

Section: Akhirat Class University: Pemetaan Tipologi Kampusunclassified

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Wekke¹

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Sebuah artikel yang menjadi bahan diskusi di ruang kelas kemudian dijadikan sebagai sebuah presentasi di seminar nasional dengan makalah berjudul "Tradisi Keislaman di Perguruan Tinggi" (Hermawanto, Ashrori, & Wekke, 2019). Selanjutnya disunting dan dan dijadikan sebagai manuskrip jurnal dengan perbaikan yang akhirnya terbit dengan judul "Keberagamaan Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Wilayah Minoritas Muslim" (Wekke, Hermawanto, & Ashrori, 2016). Aktivitas yang menyertai proses belajar di kelas kemudian menjadi pelengkap dan juga akan memperkaya pengalaman belajar mahasiswa.…”

Section: Pascasarjana Dan Tradisi Keilmuanunclassified

Akselerasi Pembelajaran Pascasarjana Dalam Pengembangan Tradisi Keilmuan

Wekke¹

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

Artikel ini mendeskripsikan aktivitas yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran di pascasarjana. Perkuliahan yang dilaksanakan tidak saja dalam bentuk transmisi pengetahuan tetapi juga merupakan kesempatan untuk belajar bersama antara dosen dan mahasiswa. Perkuliahan tidak lagi hanya sekadar pembahasan definisi melainkan sebuah diskusi untuk merumuskan topik-topik perkuliahan yang selama ini belum terpublikasi. Begitu juga dengan tetap perlu mengidentifikasi topik-topik yang sudah terbit kemudian dilaporkan dalam bentuk artikel review. Salah satu aktivitas juga yang perlu dilakukan adalah analisis buku. Melalui kegiatan ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan buku-buku yang menjadi rujukan utama. Akhirnya, artikel juga mendiskusikan kemampuan yang perlu dilatihkan kepada mahasiswa pascasarjana sehingga memungkinkan mereka dapat menguasai kemampuan yang menjadi target kurikulum di tingkat magister.

show abstract

“…Bagian yang tak kalah pentingnya, keberagamaan dan tradisi beragama yang tetap perlu dijadikan sebagai acuan utama (Wekke, Hermawanto, & Ashrori, 2016;Hermawanto, Ashrori, & Wekke, 2019). Justru di perguruan tinggi menjadi kesempatan untuk tetap menumbuhkembangkan tradisi beragama di masyarakat.…”

Section: World Class University Versus Akhirat Class Universityunclassified

Akreditasi, Keunggulan Penciri, dan Alih Status Kelembagaan: Penyiapan Kultur Akademik Mewujudkan Ekosistem Keilmuan Perguruan Tinggi

Wekke

2019

Preprint

Self Cite

View full text Add to dashboard Cite

Artikel ini menjadi sebuah catatan sekaitan dengan pelaksanaan akreditasi. Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu keunggulan penciri dan kultur akademik. Jika ini dikembangkan, maka pada akhirnya perguruan tinggi akan membentuk ekosistem keilmuan. Masing-masing bagian saling terkait sehingga memiliki keeratan antara satu dengan yang lain. Maka, ada dua hal yang menjadi kunci semuanya konsistensi dan juga kolaborasi.

show abstract

Keberagamaan Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Wilayah Minoritas Muslim

Abstract: Higher education is a part of society, therefore Islamic university is also as part of their environment. This article identifies how

Cited by 11 publications

References 1 publication

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Menata Saat Kini untuk Masa Hadapan: Agenda Transformasi Dari STAIN Ke IAIN

Akselerasi Pembelajaran Pascasarjana Dalam Pengembangan Tradisi Keilmuan

Akreditasi, Keunggulan Penciri, dan Alih Status Kelembagaan: Penyiapan Kultur Akademik Mewujudkan Ekosistem Keilmuan Perguruan Tinggi

Contact Info

Product

Resources

About