The phenomenon of Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) in the film To be of Service is a documentary film about several military veterans with various physical and psychological injuries. This becomes an issue how this disorder not only affects themselves but also the people around them. This film also shows that the main character is often considered a strange and unstable person by the people around him. This problem reflects that the negative stigma towards PTSD sufferers greatly affects a person's psychological condition. Recent studies on dog therapy prove that interacting with dogs can reduce anxiety. The aim of this research is to create a space of shared well-being including social support, a sense of bonding, and feelings of trust that are built between PTSD sufferers and dogs. In an architectural context, this research is not just about physical design, but also includes creating holistic well-being by focusing on empathetic spaces for dogs and PTSD sufferers. This research uses descriptive research methods with a qualitative approach. In this case, architecture is about designing life and this research is an effort to design spaces that can strengthen the relationship between humans and dogs.
Keywords: dog; ptsd; space
Abstrak
Fenomena Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dalam Film To be of Service merupakan film dokumenter kisah beberapa veteran militer dengan berbagai luka fisik dan psikologis. Hal ini menjadi sebuah isu bagaimana gangguan ini tidak hanya mempengaruhi diri mereka sendiri tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Film ini juga menunjukan bahwa karakter utama sering dianggap sebagai orang yang aneh dan tidak stabil oleh orang-orang di sekitarnya. Masalah ini mencerminkan bahwa stigma negatif terhadap penderita PTSD sangat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Adanya studi terbaru mengenai dog therapy membuktikan bahwa berinteraksi dengan anjing dapat menurunkan kecemasan. Tujuan riset ini adalah untuk membentuk ruang kesejahteraan bersama termasuk dukungan sosial, rasa ikatan, dan perasaan kepercayaan yang terbangun antara penderita PTSD dan anjing. Dalam konteks arsitektur, penelitian ini bukan hanya sekedar desain fisik, tetapi juga mencakup penciptaan kesejahteraan yang menyeluruh dengan memfokuskan ruang empati bagi anjing dan penderita PTSD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, arsitektur adalah tentang merancang kehidupan dan riset ini menjadi upaya untuk merancang ruang yang dapat mempererat hubungan manusia dan anjing.