Kajian Teknis Dan Ekonomis Penerapan Sistem Hibrid BAPV-PLN Pada Gedung Politeknik Aceh

Abstract

<p>Potensi radiasi matahari yang cukup besar (rata-rata 4,65 kWh/m<sup>2</sup>/hari) di wilayah Banda Aceh dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem hibrid BAPV (<em>Building Applied Photovoltaic</em>)-PLN. Namun, penerapan sistem konversi energi surya menjadi energi listrik kurang berkembang di Aceh. Kondisi ini disebabkan oleh harga teknologi modul surya masih dianggap mahal bagi masyarakat. Studi ini juga melakukan kajian secara teknis dan ekonomis dari sistem BAPV yang diterapkan. Kajian teknis yang digunakan bertujuan menentukan apakah jumlah energi yang dihasilkan oleh sistem BAPV dapat memenuhi jumlah beban listrik pada Gedung Politeknik Aceh. Sementara kajian ekonomis bertujuan memperkirakan biaya investasi yang diperlukan untuk menerapkan sistem BAPV dan menentukan kapan sistem BAPV bernilai ekonomis. Metode yang digunakan pada kajian teknis yaitu perhitungan secara teori, sedangkan metode yang digunakan untuk kajian ekonomis adalah metode <em>Life Cycle Cost</em>. Dari hasil kajian teknis, energi yang dihasilkan oleh sistem BAPV ini dapat memenuhi kebutuhan energi listrik tahunan dengan <em>surplus</em> energi sebesar 6.017 kWh/tahun. Dari hasil kajian ekonomis, sistem ini bernilai ekonomis karena memiliki nilai NPV (<em>Net Present Value</em>) sebesar Rp. 1.310.803.600 dan nilai PP (<em>Payback Periode</em>) selama 14 Tahun. Berdasarkan kajian teknis dan ekonomis dapat disimpulkan penerapan sistem hibrid BAPV-PLN ini dapat dilaksanakan karena bernilai ekonomis.</p>

Pengaturan Energy Hybrid Tenaga Surya dan PLN pada Pompa Aerasi Tambak Udang Berbasis PID Control

“…Gambar 8. Perhitungan untuk menentukkan Kp, Ti, Td [9] (3) (4) (5) Nilai Kp, Ki, dan Kd dengan masing-masing nilai 0,812, 0,002 dan 0,7 tersebut dapat dimasukkan ke dalam persamaan PID sebagai berikut.…”

“…Penggunaan energy hybrid ini membutuhkan suatu pengaturan/manajemen energi otomatis agar lebih efisien [4]. Penggunaan energi hibrid antara energi surya dan PLN seperti yang telah dilakukan oleh Rachmad Ikhsan dan Ali Basrah [5]. Namun, pada umumnya sistem otomasinya masih berupa kendali on-off yang aktif jika kandungan oksigen terlarut kurang dari 4 mg/L seperti yang dilakukan oleh Ari Fiyanti dan Mardhiya.…”