2019
DOI: 10.37014/jumantara.v10i2.534
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kajian Resepsi Terhadap Teks Futūhu 'l-‘Ārifīn

Abstract: The text of Futūhu 'l-'Ārifīn speaks of the way of zikr in the Qadiriyah wa Naqsyabandiyah order. Based on the manuscript inventory, the number of Futūhu 'l-'Ārifīn manuscripts is four manuscripts, three Malay and one Javanese manuscript. The data sources used are three Malay-language manuscripts, Futūhu 'l-'Ārifīn, Fathu 'l-'ārifīn, and the order which was raised to Qadiriyah and Naqsyabandiyah. Of the three manuscripts, the manuscript Futūhu 'l-'Ārifīn  is chosen because it has advantages, such as older age,… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
1
0
3

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
3
Order By: Relevance
“…Keberadaan manusikrip yang ditemukan di Jambi tersebut dapat melengkapi informasi dan Pemikiran tokoh Islam Nusantara, kemudian tulisan Muhammad Zulkham Efendi dan Asep Yudha Wirajaya, tentang kajian Resepsi terhadap Teks Futuhul 'Arifin, tulisan ini membahas tentang Teks Futuhul 'arifin, berdasarkan inventarisasi naskah, ditemukan bahwa jumlah naskah Futuhul 'Arifin adalah empat naskah, tiga berbahasa melayu dan tiga berbahasa jawa, dan berdasarkan resepsi dari naskah tersebut ditemukan fungsi sosial dan manfaat ajaran naskah tersebut diantarnya menimbulkan kepekaan sosial dan muamalah yang baik, dan ketenangan serta ketentraman hati, teks tersebut berisi tentang tata cara berdzikir tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah dan teks ini merupakan metode dzikir yang dinisbahkan kepada Syeikh Ahmad Khatib Sambas. (Efendi, 2019) Dari beberapa literature di atas, secara detail menjelaskan dan mengkaji tokoh ulama Nusantara Syeikh Ahmad Khatib al-Syambas, hal ini membuat penulis mengkaji tokoh Syeikh Ahmad Khatib al-Syambas dari prespektif yang berbeda, tulisan ini mengemukakan, bagaimana peran syeikh Ahmad Khatib al-Syambasi serta kontribusinya dalam pengembaraannya menimba ilmu di Timur Tengah, tulisan ini juga membahas pemikiran dan gagasan Syeikh Ahmad Khatib al-Syambasi dan kiprahnya sebagai seorang ulama Nusantara yang menetap di Mekkah.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Keberadaan manusikrip yang ditemukan di Jambi tersebut dapat melengkapi informasi dan Pemikiran tokoh Islam Nusantara, kemudian tulisan Muhammad Zulkham Efendi dan Asep Yudha Wirajaya, tentang kajian Resepsi terhadap Teks Futuhul 'Arifin, tulisan ini membahas tentang Teks Futuhul 'arifin, berdasarkan inventarisasi naskah, ditemukan bahwa jumlah naskah Futuhul 'Arifin adalah empat naskah, tiga berbahasa melayu dan tiga berbahasa jawa, dan berdasarkan resepsi dari naskah tersebut ditemukan fungsi sosial dan manfaat ajaran naskah tersebut diantarnya menimbulkan kepekaan sosial dan muamalah yang baik, dan ketenangan serta ketentraman hati, teks tersebut berisi tentang tata cara berdzikir tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah dan teks ini merupakan metode dzikir yang dinisbahkan kepada Syeikh Ahmad Khatib Sambas. (Efendi, 2019) Dari beberapa literature di atas, secara detail menjelaskan dan mengkaji tokoh ulama Nusantara Syeikh Ahmad Khatib al-Syambas, hal ini membuat penulis mengkaji tokoh Syeikh Ahmad Khatib al-Syambas dari prespektif yang berbeda, tulisan ini mengemukakan, bagaimana peran syeikh Ahmad Khatib al-Syambasi serta kontribusinya dalam pengembaraannya menimba ilmu di Timur Tengah, tulisan ini juga membahas pemikiran dan gagasan Syeikh Ahmad Khatib al-Syambasi dan kiprahnya sebagai seorang ulama Nusantara yang menetap di Mekkah.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…(Wibowo, 2017) Daerah Sambas merupakan daerah muslim kesultanan sambas yang pertama, Ahmad Khatib sejak usia dini berada pada lingkungan muslim dan banyak orang-orang alim berada di sekitarnya, Ahmad Khatib tidak menyia-nyiakan masa tersebut dan Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa tersebut hingga masa remajanya untuk mempelajari ilmu agama dan berguru pada tokoh-tokoh kesultanan Sambas. (Efendi, 2019) Pada usia 19 tahun, Ahmad Khatib Sambas melanjutkan studinya menuju Mekkah dan menetap selama seperempat kedua pada abad ke-sembilan belas hingga wafat pada tahun 1289 H/1872 M. dan pada saat di Mekkah, Ahmad Khatib Sambas menimba berbagai studi yang mencangkup tentang pengetahuan Islam, termasuk di bidang tasawuf, diantara gurunya pada saat itu ialah Syeikh Daud ibn Abdullah ibn Idris al-Fatani (w. 1843 M), kemudian Syeikh yang masyhur yang menetap di Mekkah, yakni Syeikh Syamsuddin, Syikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1812 M), dan Syeikh Abd al-Shamad al-Palimbani (w. 1800 M). Ahmad Khatib al-Syambasi memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan murid lainnya di antara murid Syeikh Syamsuddin karena telah mencapai tingkat kesempurnaan dan kewewenangan, sehingga oleh Syeikh Syamsuddin, Ahmad Khatib al-Syambasi ditunjuk sebagai Mursyid Kamil Mukamil.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan Biografi Syeikh Ahmad Khatib Al-syambasiunclassified
“…Dalam penciptaan karya sastra tidak luput dari pengaruh budaya masyarakat di mana karya sastra tersebut lahir. Menurut Kurniawan pengarang (Effendi & Wirajaya, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…The purpose of the research proposed for the dissertation is to explain data and facts on the history of socio-religious, socioeconomic, and socio-political up to the AKS period. The background to the development of life in Mecca and Medina and explaining the teachings of AKS as found in the KFA (Effendi & Wirajaya, 2019). Referring to the purpose of this research, it can be ensured that the discussions carried out tend to be broad so that the subject matter cannot be discussed in depth.…”
Section: Critical Reviewmentioning
confidence: 99%