2020
DOI: 10.24832/amt.v37i2.109-122
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Interpretasi Pemaknaan Relief Tokoh Gaja-Lakșmī Koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta

Abstract: Abstract, The existence of Gaja-Lakșmī sculpture at Sonobudoyo Museum is interesting because it is rarely found in Indonesia. The figure of Gaja-Lakșmī is depicted in a sitting position. There are two elephants that carved on the right and left side of goddess. The elephants lift their trunks and showed that they are pouring water on the goddess. Certainly, the sculpture has a specific purpose, especially, because it was carved on media that indicated as the upper (dorpal) entrance of a temple building. The ai… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0

Year Published

2023
2023
2023
2023

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 6 publications
0
0
0
Order By: Relevance
“…Menurut kajian yang telah dilakukan fungsi relief yang dipahatkan pada bangunan candi di antaranya (1) untuk memperindah bangunan candi sebagai bangunan suci yang sakral, (2) media penyampaian ajaran keagamaan dalam bentuk "bahasa rupa", (3) relief cerita mempermudah masyarakat mengakses kisah-kisah agama, dalam waktu yang sama akan banyak orang melihat dan mengakses, yang sifatnya komunal dan terbuka, (4) secara tidak langsung mengabadikan kisahkisah keagamaan dalam bentuk media yang awet pada dinding candi batu/bata. Jika cerita keagamaan hanya tertulis di lontar akan mudah rusak termakan usia sehingga perlu disalin kembali untuk menggantikan lontar yang telah rusak (Restiyadi, 2011;Munandar, 2018;Murdihastomo et al, 2019;).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Menurut kajian yang telah dilakukan fungsi relief yang dipahatkan pada bangunan candi di antaranya (1) untuk memperindah bangunan candi sebagai bangunan suci yang sakral, (2) media penyampaian ajaran keagamaan dalam bentuk "bahasa rupa", (3) relief cerita mempermudah masyarakat mengakses kisah-kisah agama, dalam waktu yang sama akan banyak orang melihat dan mengakses, yang sifatnya komunal dan terbuka, (4) secara tidak langsung mengabadikan kisahkisah keagamaan dalam bentuk media yang awet pada dinding candi batu/bata. Jika cerita keagamaan hanya tertulis di lontar akan mudah rusak termakan usia sehingga perlu disalin kembali untuk menggantikan lontar yang telah rusak (Restiyadi, 2011;Munandar, 2018;Murdihastomo et al, 2019;).…”
Section: Pendahuluanunclassified