Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pendirian Museum Holocaust Indonesia oleh diaspora Yahudi Sulawesi Utara dalam melawan antisemitisme yang relevan dengan kajian identitas dalam Hubungan Internasional. Kerangka konseptual meliputi dimensi antisemitisme serta adaptasi dan orientasi diaspora untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai eksistensi diaspora Yahudi terkait dengan fenomena antisemitisme. Dengan metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi pustaka yang dipisah, digabung, diinterpretasi, dan disimpulkan. Temuan menunjukkan bahwa diaspora Yahudi yang menjadi minoritas kerap mendapatkan sikap antisemitisme dari kelompok non-Yahudi di Indonesia, sehingga terdapat kepentingan peran untuk mengedukasi bahaya rasisme dan kebencian melalui museum. Komunitasnya yang ada di Sulawesi Utara menggunakan langkah komunikatif dan dialogis dengan masyarakat lainnya dan berhasil menjadikan Museum Holocaust Indonesia sebagai sarana edukasi sejarah Holocaust yang diharapkan dapat meminimalisir potensi antisemitisme di Indonesia. Hal ini menjadikan edukasi sebagai upaya eksplisit dan dialog sebagai upaya implisit dalam perjuangan mereka melawan antisemitisme yang mereka hadapi. Meskipun hasilnya belum terlihat signifikan, peran aktif diaspora dalam menjadikan museum sebagai media melawan antisemitisme dan dialog multikultural mengundang atensi dan partisipasi masyarakat baik secara lokal maupun internasional. Temuan tersebut mendukung argumen bahwa diaspora Yahudi di Sulawesi Utara memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik serta komitmen yang kuat dalam orientasi pada pemeliharaan sejarah.