Improving Problem-Solving Skills With Problem-Based Learning Models in Optical Wave Courses

Abstract

Objective: Problem-solving skills are one of the skills one has to live in the 21st century. Therefore, this research aims to explain the improvement in problem-solving skills using a problem-based learning model in optical wave courses. This research was carried out on 3rd-semester students majoring in undergraduate program Science Education at the State University of Surabaya in two classes. Method: The research design used the one-group pretest-posttest design with one repetition—data collection techniques using observation and test techniques. Observations were made to review practical aspects and tests for reviewing the effectiveness aspects. Results: The observation results indicate that the learning process is classified as practical. The average result of problem-solving skills in class U students is better than in class B. Based on their problem-solving skills, students can solve problems to completion. The knowledge test results are in the moderate range. A paired T-test in each class shows a significant difference between the results before and after learning. The achievement of knowledge and skills shows that the problem-based learning model effectively improves their problem-solving skills in the waves and optics courses. Novelty: The novelty of this research is the use of four indicators adapted to optical wave material under learning conditions after the COVID-19 pandemic.

Fraud Hexagon Dan Fraudulent Financial Statement Dengan Pendekatan Beneish M-Score Model

“…Pergantian dan perubahan struktur manajemen yang dilakukan dapat menjadi indikasi adanya fraud dan dapat mendeteksi terjadinya fraudulent financial statement. Change in directors merupakan bentuk usaha perusahaan untuk melengserkan direktur yang dianggap mengetahui fraud atau direktur tersebut melakukan fraud pada laporan keuangan (Apsari et al, 2023). Manajemen yang terampil akan merancang strategi untuk mengambil keuntungan pada waktu yang tepat dan memanfaatkan kondisi tersebut untuk melakukan fraud sebagai akibat adanya ketidak stabilan pengawasan (Jannah et al, 2021).…”

“…Seseorang dengan kepribadian persuasif lebih mungkin dapat mempengaruhi lingkungan untuk terlibat dalam fraud (Vousinas, 2019). Agar dapat ikut serta dan bekerja sama pada proyek pemerintah, entitas akan melakukan bermacammacam cara untuk menyajikan kinerja terbaik yang tersaji dalam laporan keuangan (Apsari et al, 2023). Terdapat bukti empiris bahwa dalam rangka mendapatkan kontrak proyek pemerintah, entitas cenderung berusaha untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut (Sari & Nugroho, 2021).…”

“…Opportunity merupakan kesempatan yang dimanfaatkan oleh seseorang untuk melakukan fraud (Vousinas, 2019). Opportunity diukur dengan nature of industry karena memberikan gambaran kesempatan perusahaan melakukan fraud yang dilihat dari pertumbuhan piutang perusahaan (Apsari et al, 2023). Nature of industry dilihat dari peningkatan jumlah piutang entitas dari tahun sebelumnya (Damayani et al, 2017).…”

“…Opportunity merupakan kesempatan individu untuk melancarkan tindakan fraud (Vousinas, 2019). Opportunity dapat digambarkan dengan nature of industry (Apsari et al, 2023). Nature of Industry merupakan keadaaan entitas yang didalamnya terdapat sebuah kondisi yang idealis untuk dapat memberikan kesempatan pihak ketiga untuk melakukan tindakan fraud.…”

“…6. Ego adalah perilaku angkuh dan arogan dari individu yang percaya dia sanggup melakukan fraud dan tidak akan dikenali (Apsari et al, 2023). Ego digambarkan dengan dualism position (Pambudi, 2022).…”