Industri pariwisata paling terdampak di era pandemi. Hingga saat ini, perkembangan industri pariwisata khususnya di kota-kota besar hanya terfokus pada pelaku sektor publik dan swasta. sedangkan di kota-kota besar terdapat dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat lokal dan masyarakat perkotaan. Kelompok masyarakat ini tidak pernah berpartisipasi dalam proses pengembangan pariwisata. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana perkembangan industri pariwisatanya cukup masif. Dari permasalahan tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana proses proses pengembangan pariwisata kota Surabaya berjalan. Metode kualitatif digunakan dalam metode penelitian ini, dan teknik pengempulan data dengan wawancara mendalam. Teori tata Kelola kolabotaif Ansell dan Gash digunakan dalam analisis data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama kota Surabaya tidak sinkron dengan pemain lain. Hal ini terlihat dari pemerintah sendiri yang memiliki dua lembaga promosi pariwisata, namun kedua lembaga ini tetap beroperasi secara mandiri. Bahkan masyarakat sendiri tidak terlibat dalam proses pengembangan pariwisata, hal ini terlihat dari masyarakat yang tidak mengetahui kapan pembangunan pariwisata berlangsung di tempat tinggalnya. Pada gilirannya, individu swasta yang bertindak sebagai pengembang dalam proses pembangunan tidak menggunakan masyarakat lokal sebagai karyawan. Terlihat jelas bahwa tata kelola koperasi di Surabaya belum berjalan efektif.