Implementasi Algoritma Klasifikasi Terhadap Tweet Pornografi Kaum Homoseksual Pada Twitter

Abstract

Twitter is one of the social media with the number of users who reach millions of users. The number of Twitter users in 2019 increased by 17 percent in 2018 to 145 million users with a variety of good both positive and bad. The negative impacts that occur such as the spread of status, images, and videos that affect pornography especially among freedom groups. Homosexuals are sexually oriented people who like the same sex that occurs in men, the rejection often experienced by men makes one of the reasons intellectuals use Twitter social media to show their personal relationships, open to each other, socializing with same sex, looking for conversation, to become a place to find a partner. The purpose of this study is to determine the positive and negative sentiments to determine the level of accuracy of intellectual pornography tweets in Indonesia from data taken from Twitter tweets by using the TF-IDF and k-NN methods. The results of this study get an accuracy value of 88.25% containing pornography and the remaining 11.75% not containing pornography will contain news, news, and other information.Keywords: homosexual, sentiment analysis, twitterAbstrak: Twitter merupakan salah satu media sosial dengan jumlah pengguna mencapai jutaan pengguna. Jumlah pengguna Twit-ter pada tahun 2019 dicatat meningkat 17 persendari tahun 2018 menjadi 145 juta pengguna dengan berbagai dampak baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkannya seperti penyebaran status, gambar, dan video yang bersifat pornografi khsusunya di kalangan kaum homoseksual. Homoseksual merupakan orang yang berorientasi seksual sebagai penyuka sesama jenis yang terjadi pada kaum pria, Penolakan yang sering dialami kaum homoseksual men-jadikan salah satu alasan kaum homoseksual menggunakan media sosial Twitter untuk menunjukkan identitas diri mereka, saling terbuka, bersosialisasi dengan sesama jenis, mencari penghasilan, hingga menjadi ajang pencarian pasangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sentimen positif dan negatif untuk mengetahui tingkat akurasi terhadap tweet pornografi kaum homoseksual di Indonesia dari data yang diambil dari tweet Twitter dengan menggunakan metode TF-IDF dan k-NN. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai accuracy sebesar 88,25% mengandung unsur pornografi dan sisanya sebesar 11,75 tidak mengandung unsur pornografi akan tetapi berisi iklan, berita, dan informasi lainnya.Kata kunci: homoseksual, sentimen analisis, twitter

Analisis Percepatan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi Dengan Big Data Dan Deep Learning

“…Token dapat berupa kata, frasa, simbol, atau unsur lainnya, bergantung pada aturan tokenisasi yang digunakan. Tujuan dari tokenisasi adalah menyederhanakan teks agar dapat diolah atau dianalisis lebih efisien [16]. Dalam pemrosesan bahasa alami atau analisis teks, tokenisasi menjadi langkah kunci untuk memahami struktur dan makna teks.…”

“…Langkah untuk mengeliminasi kata-kata pengisi atau umum yang sering muncul dalam teks dan dianggap kurang berkontribusi pada informasi utama dalam konten tersebut [16]. Kata-kata ini, dikenal sebagai stopwords, biasanya tidak memberikan nilai tambah dalam analisis teks atau pemahaman kontennya.…”

Analisis Sentimen Anti LGBT Di Indonesia Melalui Media Sosial Twitter

“…Pemakaian Twitter mayoritas mengenai opini atau pendapat pribadi sampai pernyataanpernyataan yang lebih umum klarifikasi terhadap sesuatu (public statement) (Hartanto, 2017). Penggunaan media social twitter dalam penelitian dikarenakan proteksi terhadap tweet, video, dan gambar yang mengandung unsur pornografi masih dapat diakses dengan sangat mudah apabila ditelusuri secara khusus (Hidayat et al, 2020). Banyak orang yang tidak setuju dengan interaksi LGBT di Twitter dan menyatakan opini anti-LGBT.…”

Hyperreality dan Self Disclosure Kaum Homoseksual di Twitter

“…Namun bagi kelompok tertentu dengan identitas seksual yang berbeda, pembukaan diri dilakukan di media sosial tertentu seperti twitter. Proteksi yang rendah terhadap cuitan, video, dan gambar pornografi menjadikan media sosial ini merasa bebas dan berani menunjukkan jati diri mereka (Hidayat et al, 2020).…”