Identifikasi dan Uji Toksisitas terhadap Larva Udang (Artemia salina L.) Ekstrak Bekatul Menggunakan Variasi Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi

Abstract

Rice bran was extracted using ultrasonic method with varied solvents (ethanol, ethyl acetate and n-hexane) and extraction times (20, 25 and 30 minutes). The aim of this study was to determine toxicity value of rice bran extract with variation of solvents and extraction times. Rice bran extracts were tested its toxicity by BSLT method and its secondary metabolite by phytochemical test with reagents. Mortality data of shrimp larvae was analyzed by probit to determine LC50 values. Yield of ethanolic extract of rice bran for E1-20, E1-25 and E1-30 samples was 18.159, 19.132 and 18.280%, respectively. Rice bran extracts by ethyl acetate solvent (E2) and n-hexane (E3) gave different yields such as 8.302% (E2-20), 7.282% (E2-25), 9.18% (E2-30), 7.815% (E3-20), 7.125% (E3-25), and 7.279% (E3-30). All of rice bran extracts contained flavonoids, steroids and triterpenoids. LC50 values in ethanolic extract of rice bran for E1-20, E1-25 dan E1-30 samples were 613.258, 673.210 and 2217.255 ppm, respectively. Toxicity (LC50) values of ethyl acetate extract of rice bran were 1161.298 ppm (E2-20), 1170.774 ppm (E2-25) and 701.532 ppm (E2-30), while toxicity (LC50) values of n-hexane extract of rice bran were 592.901 ppm (E3-20), 617.425 ppm (E3-25) and 695.198 ppm (E3-30). Keywords: Rice bran, secondary metabolite, toxicity, ultrasonic method Bekatul diekstrak menggunakan metode ultrasonik dengan variasi pelarut (etanol, etil asetat dan n-heksana) dan lama ekstraksi (20, 25 dan 30 menit). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai toksisitas ekstrak bekatul dengan variasi pelarut dan lama ekstraksi. Ekstrak bekatul diuji kemampuan toksisitas terhadap larva udang dengan metode BSLT dan diuji fitokimia dengan reagen. Data kematian larva udang dianalisis dengan analisis probit untuk menentukan nilai LC50. Rendemen ekstrak etanol bekatul yang diperoleh pada sampel E1-20, E1-25 dan E1-30 masing-masing sebesar 18,159; 19,132; dan 18,280%. Adapun rendemen ekstrak etil asetat dan n-heksana bekatul sebesar 8,302% (E2-20), 7,282% (E2-25), 9,18% (E2-30), 7,815% (E3-20), 7,125% (E3-25) dan 7,279% (E3-30). Senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada masing-masing ekstrak adalah flavonoid, steroid dan triterpenoid. Nilai LC50 ekstrak etanol pada masing-masing sampel E1-20, E1-25 dan E1-30 adalah 613,258; 673,210 dan 2217,255 ppm. Ekstrak etil asetat bekatul pada sampel E2-20, E2-25 dan E2-30 memberikan nilai toksisitas dengan LC50 sebesar 1161,398; 1170,774 dan 701,532 ppm, berturut-turut. Nilai toksisitas (LC50) ekstrak n-heksana pada sampel E3-20, E3-25 dan E3-30 adalah 592,901; 617,425 dan 695,198 ppm, berturut-turut. Kata kunci: Bekatul, metabolit sekunder, toksisitas, metode ultrasonik

Studi In Silico dan In Vitro Senyawa Aktif pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) sebagai Antiinflamasi pada Cyclooxygenase-2 (COX-2)

“…Persamaan yang didapatkan dari kurva linear ini yang digunakan untuk menentukan LC50. Kandungan metabolit sekunder yang bersifat toksik dalam ekstrak rimpang kunyit merupakan penyebab kematian 50% pada larva udang 28 . Membran kulit udang A.salina yang sangat tipis menyebabkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang memengaruhi metabolisme tubuhnya 25 .…”