Hubungan Self-Efficacy Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Hipertensi

Abstract

Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat hipertensi merupakan masalah yang dapat menyebabkan tekanan darah tidak terkontrol. Self-efficacy atau keyakinan diri pada seseorang dapat menjadi faktor penentu untuk meningkatkan kemampuan dalam mengubah perilaku seseorang. Untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel penelitian 84 responden. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner MASE-R untuk mengukur self-efficacy dan kuesioner MMAS-8 untuk mengukur kepatuhan minum obat. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil peneliti ini, dari 84 responden, sejumlah 48 (57.1%) responden menunjukkan self-efficacy tinggi dan 36 (42.9%) orang yang mempunyai self-efficacy rendah. Untuk kepatuhan minum obat, 32 (38.1%) responden masuk pada kategori patuh tinggi sedangkan patuh sedang 32 (38.1%) responden dan patuh rendah dengan jumlah 20 (23.8%) responden. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p 0.000 yang berarti nilai p 0.000<p 0.05. Terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Pasien hipertensi yang mempunyai self efficacy tinggi berkorelasi dengan patuh menjalankan terapi obat anti hipertensi.

Efektivitas Psikoedukasi terhadap Peningkatan Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi

“…Sejalan dengan penelitian Mulyana & Irawan (2019) bahwa mayoritas responden penderita hipertensi dalam penelitiannya memiliki self-efficacy yang tinggi yaitu sebanyak 30 responden (60%). Begitu juga pada penelitian Kendu et al, (2021) menyatakan mayoritas penderita hipertensi dalam penelitiannya memiliki self-efficacy yang tinggi sebanyak 48 responden (57.1%). Kuesioner Medication Adherence Self-Efficacy Scale-Revised (MASES-R) yang digunakan untuk mengukur self-efficacy responden mayoritas memberikan jawaban sangat yakin menjadikan minum obat sebagai suatu bagian dari rutinitas meskipun sedang sibuk dirumah.…”

“…Sebanyak 50 responden yang terlibat dalam penelitian Makhfudli, Krisnana, & Arista, (2020) didapatkan hasil intervensi psikoedukasi dapat meningkatkan self-efficacy pada penderita tuberkulosis dalam menjalani pengobatan di poli paru center RSUD Cilacap. Kendu et al, (2021) menyatakan self-efficacy memiliki hubungan dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesams Dinoyo Kota Malang. Jika self-efficacy meningkat maka motivasi mengontrol tekanan darah juga akan meningkat (Siahaan et al, 2022).…”

“…Hipertensi adalah penyakit yang tidak menular, namun bersifat kronis dengan pravalensi yang tinggi sehingga hipertensi menjadi permasalahan kesehatan secara global (Fatmawati, Suprayitna, & Istianah, 2021). Pada tahun 2015 World Health Organization melaporkan angka pravalensi kasus hipertensi di dunia sekitar 1,13 milliar dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan sekitar 1,5 miliar serta diperkirakan terdapat 9,4 juta orang meninggal akibat komplikasi dari hipertensi (Kendu, Qodir, & Apryanto, 2021).…”

“…Selain itu adanya kekhawatiran dari efek samping seperti ketergantungan (Kawulusan, Katuuk, & Bataha, 2019). Sejalan dengan teori dari Bandura yaitu dalam teori social cognitive theory yang menyatakan self-efficacy berhubungan dengan perubahan perilaku seseorang (Kendu et al, 2021). Self-efficacy atau keyakinan diri dianggap memengaruhi cara berpikir seseorang, memotivasi diri sendiri serta pemilihan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah (Prabasari, 2021).…”

“…Pada penelitian sebelumnya Asnaniar et al, (2021) menyatakan adanya hubungan antara self-efficacy dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di RSUD Makassar. Kendu et al, (2021) menyatakan penderita hipertensi yang mempunyai self-efficacy tinggi maka akan patuh dalam menjalankan terapi obat antihipertensi. Intervensi yang dapat digunakan sebagai upaya penderita hipertensi meningkatkan self-efficacy adalah dengan memberikan terapi psikoedukasi (Sitompul, 2018).…”