HUBUNGAN PANJANG-BOBOT, FAKTOR KONDISI DAN KARAKTERISTIK BIOMETRIK IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) ALBINO ASAL THAILAND

Abstract

The African catfish (Clarias gariepinus) has been introduced several times to Indonesia, including from Thailand (Paiton strain). The breeding of Paiton strain resulted in albino individuals. The present study aimed to investigate the length-weight relationship, condition factor and biometric characteristic of those albinos. Five pairs of each albino and normal coloured Paiton African catfish were artificially bred. Larvae and juveniles from each pair were reared one month of larval rearing phase, one month of nursery phase and two months of grow-out phase, then the total length and body weight were measured for length-weight relationship and condition factor analysis, finally the biometric was characterized. The present study revealed that the relationship between total length (L) and body weight (W) of the Paiton African catfish was positive allometric (W = 0.0038L3.23 in the albino and W = 0.0027L3.27 in the normal coloured one). The albino Paiton African catfish was more rotund (condition factor of 0.79±0.07) than the normal colored one (condition factor of 0.68±0.06). Biometrically, the albino Paiton African catfish has a bigger head portion and fewer dorsal and anal fin rays than those of the normal coloured one. Despite the colour difference, the albino and normal coloured Paiton African catfish were morphologically different.

KERAGAAN ZOOTEKNIS DAN BIOMETRIK-MORFOLOGIS IKAN LELE MUTIARA, Clarias gariepinus ALBINO

“…Sebanyak 1.000 ekor larva hasil penetasan dari setiap pasangan induk dipelihara selama 20 hari dalam akuarium-akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm di dalam ruangan panti pembenihan. Selanjutnya, sebanyak 200 ekor benih hasil pemeliharaan larva dari masing-masing pasangan induk dipelihara di luar ruangan selama 30 hari dalam hapa-hapa berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m yang ditempatkan dalam kolam beton berukuran 5 m x 3 m x 0,7 m. Pada tahap pembesaran, sebanyak 50 ekor benih dari masing-masing pasangan induk dipelihara secara bersama (komunal) selama 45 hari dalam sebuah kolam beton berukuran 5 m x 3 m x 0,7 m. Teknik pemeliharaan (manajemen pemberian pakan dan manajemen kualitas air) selama tahap pemeliharaan larva, pendederan, dan pembesaran tersebut serupa dengan teknik pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian karakterisasi ikan lele Afrika albino asal Thailand di BRPI Sukamandi sebelumnya (Iswanto et al, 2020b).…”

“…Strain-strain ikan lele Afrika lain yang digunakan dalam kegiatan budidaya juga dapat menghasilkan keturunan albino dan beberapa karakteristiknya telah dilaporkan, antara lain karakteristik biometrik, perkembangan embrio dan larva, pertumbuhan, sintasan, fekunditas, keberhasilan pemijahan, hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, kemudahan penangkapan, kanibalisme, komposisi proksimat, mineral, asam amino, serta asam lemak (Prinsloo & Schoonbee, 1989;Prinsloo et al, 1989a;1989b;1990;Hoffman et al, 1995a;1995b;Iswanto et al, 2013a;2013b;2020b;Onyia et al 2016;2018;Umanah & Harry, 2017). Namun demikian, informasi keragaan zooteknis dan karakteristik fenotipemorfologis ikan lele albino pada strain ikan lele Mutiara hasil pemuliaan BPPI Sukamandi belum diketahui, sehingga perlu dieksplorasi untuk mengevaluasi potensi pengembangannya.…”

“…Karakter-karakter morfometrik ikan lele Mutiara warna normal dan albino pada akhir tahap pembesaran tersebut diukur menggunakan jangka sorong digital (dengan ketelitian 0,01 mm). Data karakter morfometrik yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis komponen utama (PCA= principal component analysis) berdasarkan matriks kovarian, sesuai metode analisis data karakteristik morfometrik ikan lele Afrika (Agnese et al, 1997;Iswanto et al, 2020b). Selanjutnya, skor masing-masing sampel ikan lele Mutiara albino dan warna normal yang diperoleh dari hasil analisis komponen utama diplot dalam diagram pencar (scat-ter plot) di antara dua sumbu komponen utama untuk mengetahui bentuk sebarannya.…”

“…Keragaan pertumbuhan ikan lele Mutiara albino berdasarkan parameter bobot yang relatif sama dengan ikan lele Mutiara warna normal pada penelitian ini berbeda dari keragaan pertumbuhan ikan-ikan lele Afrika albino yang lain. Ikan lele Afrika albino di Afrika Selatan, Nigeria maupun ikan lele Afrika albino di Indonesia yang berasal dari Mesir dan Thailand memiliki keragaan pertumbuhan (berdasarkan bobot maupun panjang total) yang lebih rendah dibandingkan yang berwarna normal (Prinsloo & Schoonbee, 1989;Umanah & Harry, 2017;Onyia et al, 2016;Iswanto et al, 2013a;2020b). Lebih rendahnya keragaan pertumbuhan ikan-ikan lele Afrika albino tersebut terutama dikarenakan lebih rendahnya tingkat respons terhadap pakan yang diberikan (Iswanto et al, 2020b).…”

“…Ikan lele Afrika albino di Afrika Selatan, Nigeria maupun ikan lele Afrika albino di Indonesia yang berasal dari Mesir dan Thailand memiliki keragaan pertumbuhan (berdasarkan bobot maupun panjang total) yang lebih rendah dibandingkan yang berwarna normal (Prinsloo & Schoonbee, 1989;Umanah & Harry, 2017;Onyia et al, 2016;Iswanto et al, 2013a;2020b). Lebih rendahnya keragaan pertumbuhan ikan-ikan lele Afrika albino tersebut terutama dikarenakan lebih rendahnya tingkat respons terhadap pakan yang diberikan (Iswanto et al, 2020b). Namun demikian, hal tersebut tidak terjadi pada ikan lele Mutiara albino.…”