Pendahuluan. Penderita HIV/AIDS harus menghadapi stigma dan diskriminasi sehingga akan mengalami permasalahan fisik, psikologis, dan sosial yang memerlukan intervensi komprehensif. Terapi antiretroviral (ARV) memperbaiki klinis penderita, namun dapat menimbulkan komplikasi neuropsikiatri terutama gangguan cemas, depresi, dan gangguan psikotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara stigma dan terapi ARV dengan komplikasi gangguan psikiatri pasien HIV/AIDS. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Sampel adalah pasien HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV di poli VCT-CST RSUP dr. Kariadi dan RSUD RAA Soewondo Pati yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis I Disorders (SCID-I) dan kuesioner skala persepsi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat. Analisis dilakukan menggunakan program SPSS dengan uji chi-squre. Hasil. Dari total 102 subjek yang diikutsertakan pada penelitian, mayoritas berjenis kelamin laki-laki (51%) dan memiliki rerata usia 35,88 (SB 8,24) tahun. Jenis ARV paling banyak diminum adalah lamivudin+zidovudin)+nevirapin yaitu sebanyak 52,9%. Skala stigma ODHA terbanyak adalah stigma positif, yaitu sebanyak 95,1%. Sebanyak 89,2% subjek ditemukan mengalami gangguan psikiatri yang sebagian besar berupa depresi (30,4%) dan 6,9% gangguan psikotik. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis terapi ARV dengan terjadinya komplikasi gangguan psikiatri (p=0,048). Namun demikian, tidak didapatkan hubungan secara statistik antara lama terapi dan stigma pasien dengan gangguan psikiatri (p>0,05). Simpulan. Terdapat hubungan secara statistik antara jenis terapi ARV dengan gangguan psikiatri. Namun, tidak didapatkan hubungan secara statistik antara stigma dengan gangguan psikiatri