Health-Related Quality of Life and Related Factors in Thais with Stable COPD

Abstract

This cross-sectional descriptive study aimed to describe the health-related quality of life (HRQL) and related factors of the southern Thai patients with stable COPD. The sample consisted of 126 patients with stable COPD attending the out-patient pulmonary clinic of Thasala hospital. The patients were assessed for HRQL by the Saint George's Respiratory Questionnaire (SGRQ), age, BMI, depression, dyspnea by the Modified Medical Research Council (mMRC), exercise capacity by the 6 min walk distance (6MWD), and admission. The results found that 84 % of patients were male, with a mean age of 69.6 years, FEV1 70 (9.6) % predicted, BMI 21.9 (4.4) and 6MWD 259.8 (97.9). The HRQL indicated mild impairment: symptoms 47.1 (22.4), activity 49.7 (30.3), impact 41.9 (21.2) and total scores of 45.1 (21.7). The regression analysis showed that HRQL was significantly associated with exercise capacity, depression, and MRC dyspnea respectively (R2 = 0.492, p < 0.01). Therefore, stable COPD patients should be assessed and motivated to pulmonary rehabilitation for promoting clinical outcomes and also improving their HRQL.

Evidence Based Faktor yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien PPOK Stabil: A Systematic Review

“…Kualitas hidup pasien PPOK stabil dipengaruhi oleh banyak beberapa faktor. Faktor tersebut dikategorikan menjadi tanda gejala penyakit dan eksaserbasi (9),( 12),( 16),( 17),( 18),( 19),( 20), (21) , kapasitas latihan fungsional (9),( 13),( 14),( 17), (18) , psikologi (9),( 18),( 20),( 21), (22) , sosiodemografi (11),( 13),( 15),( 16), (17) , biomolekular (10) , komorbiditas (9),( 17), (20) , dan faal paru (9),( 16),( 17),( 20), (21) .…”

“…Berdasarkan evidence yang telah ditemukan pada pasien PPOK, tanda gejala dan eksaserbasi menjadi faktor dominan yang berpengaruh dalam kualitas hidup pasien PPOK stabil. Sesak napas dan skor CAT yang tinggi memiliki hubungan negatif yang dilaporkan memiliki kualitas hidup yang rendah (9)(12)(17)(19) (21) yang berdampak pada pembatasan aktivitas sehari-hari (18) namun kontras dengan studi lain memiliki tanda dan gejala rendah memiliki kualitas hidup yang rendah karena mengkaji gejala pada saat tahap awal penyakit yang berbasis di rumah (16) . Gejala lain yang ikut mempengaruhi kualitas hidup yang rendah berupa gejala disfagia yang memiliki sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada atau pada bagian belakang sternum, batuk saat makan, makan atau minum salah pada saat makan menjadi masalah umum pada pasien PPOK (12) .…”

“…Batuk kronis dan produksi sputum diketahui berdampak pada penurunan kualitas hidup, khususnya mengkaji batuk 7 hari sebelumnya lebih akurat mengidentifikasi penurunan kualitas hidup pada pasien PPOK daripada bronkitis kronik (20) . Eksaserbasi yang tinggi dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup (17)(20) , pasien yang memiliki lebih dari atau 2 kali hospitalisasi cenderung kualitas hidup menjadi rendah (9) , hal ini berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit dan status kesehatan pasien (18) . Gejala pasien dengan diikuti lebih banyak terjadi eksaserbasi akan berdampak kualitas hidup yang semakin buruk (21) .…”

“…Kapasitas latihan juga dapat menggambarkan gejala respirasi dalam kehidupan sehari-hari (14) . Kualitas hidup yang menurun bisa terjadi akibat kapasits fungsional yang dipengaruhi komposisi tubuh otot dan lemak atau dukungan sosial yang rendah dan tantangan yang tinggi sehingga kurang berlatih (18) . Peningkatan aktivitas fisik memiliki hubungan positif dengan kualitas hidup yang tinggi sehingga memiliki peran penting pada kehidupan sehari-hari (9) .…”

“…Psikologi berupa kecemasan dan depresi yang tinggi menurunkan kualitas hidup (9)(20) (21) , studi lain menyatakan hanya kecemasan saja yang berhubungan dengan kualitas hidup (22) . Sisi psikologis ini berpotensi mengakibatkan penurunan faal paru, persepsi pengalaman pasien terhadap penyakit yang di deritanya (9) , melibatkan psikologis pada gangguan penyakit pernapasan sehingga petugas kesehatan harus bisa menilai psikologis pada pasien PPOK (18) .…”